TEMPO.CO, Sampang - Tim medis Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang, Jawa Timur, akan berburu tikus di kelurahan yang sempat terendam banjir. Kepala Dinas Kesehatan Sampang Firman Pria Abadi mengatakan tikus yang ditangkap nantinya akan dijadikan sampel penelitian untuk memastikan tikus itu terjangkit virus leptospirosis atau tidak.
"Kami dibantu tim dari Universitas Airlangga dalam penelitian ini," kata Firman saat dihubungi, Selasa, 1 Maret 2016.
Leptospirosis adalah virus yang menyebar lewat kencing tikus. Virus ini menular ke manusia lewat kencing tikus yang terdapat di genangan air sisa banjir. Menurut Firman, pascabanjir di Kota Sampang, leptospirosis menjadi fokus utama yang diantisipasi kemungkinan munculnya oleh Dinas Kesehatan Sampang.
Pascabanjir pada 2013, virus ini sempat mewabah di Sampang dan menyebabkan sembilan orang meninggal dunia. Gejala awal terjangkit leptospirosis adalah penderita mengalami demam tinggi.
"Selain berburu tikus, kami secara door-to-door mencari warga yang demam. Mereka akan langsung diperiksa untuk memastikan terjangkit atau tidak," ucapnya.
Firman berujar, perburuan tikus tidak akan dilakukan di semua wilayah langganan banjir di Sampang yang meliputi 13 desa dan kelurahan. Pencarian sampel tikus akan difokuskan di tiga desa dan kelurahan, yaitu Kelurahan Dalpenang, Kelurahan Rong Dalem dan Desa Polagan. "Tiga daerah ini yang endemis leptospirosis. Pada 2013, sebagian besar korban dari wilayah ini," katanya.
Menurut Firman, yang terpenting untuk mencegah penularan virus ini adalah warga korban banjir segera memeriksakan diri bila terserang demam. Selain berburu tikus, hari ini 400 personel gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sampang, Satuan Polisi Pamong Praja, Kepolisian Resor Sampang, dan Kodim Sampang memungut tumpukan sampah sisa banjir.
Kepala BPBD Sampang Wisnu Hartono menuturkan pemungutan sampah dilakukan di empat kelurahan, di antara Kelurahan Dalpenang dan Rong Dalem. "Saya sendiri sedang bersih-bersih kantor," ujarnya.
MUSTHOFA BISRI