TEMPO.CO, Sampang - Korban banjir di Kabupaten Sampang, Jawa Timur, mengeluhkan kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang sering salah memprediksi ketinggian banjir.
Korban banjir warga Kelurahan Dalpenang, Kecamatan/Kabupaten Sampang, Supriadi, mencontohkan banjir yang pertama kali muncul pada Jumat dinihari, 26 Februari 2016. Menurut dia, banjir itu sudah melumpuhkan 13 kelurahan dan desa di Kabupaten Sampang hingga Minggu, 28 Februari 2016.
Saat itu, kata Supriadi, petugas BPBD Sampang menyiarkan bahwa banjir tidak akan besar. "Setengah jam kemudian, air makin meninggi. Terakhir saya tinggalkan rumah, air sudah selutut," ucap Supriadi, yang kini mengungsi ke rumah keluarganya, Minggu, 28 Februari 2016.
Jika Pemerintah Kabupaten Sampang tak mampu mengatasi banjir, Supriadi berharap minimal BPBD bisa memberikan prediksi yang akurat terkait dengan banjir yang rutin melanda tiap musim hujan. Menurut dia, prediksi yang akurat penting, agar persiapan warga dalam mengevakuasi barang-barang lebih maksimal. "Aneh juga, banjir di Sampang rutin terjadi tapi prediksi BPBD masih meleset," ujarnya.
Kepala BPBD Sampang Wisnu Hartono enggan menanggapi keluhan itu. Dia hanya menuturkan, pada Minggu pagi, ketinggian banjir sempat menurun. Namun, pada Minggu siang, air kembali meninggi 1-2 meter, padahal cuaca di Sampang tidak sedang hujan. "Ini banjir kiriman dari wilayah utara, seperti Karang Penang dan Kedungdung. Di wilayah utara masih hujan," katanya.
Soal jumlah warga korban banjir, Wisnu mengaku belum memiliki data akurat. Namun jumlahnya diperkirakan lebih dari sebelas ribu kepala keluarga. "Sampai saat ini, belum ada korban tewas," ucapnya.
Adapun kelurahan dan desa yang terendam banjir antara lain Kelurahan Dalpenang, Banyuanyar, Karang Delem, Polagan, Rong Tengah, dan Gunung Sekar. Sedangkan desa yang diterjang banjir adalah Desa Kamoning, Tanggumong, Pangelen Paseyan, Panggung, Banyumas, dan Gunung Maddah. Banjir terparah melanda Kelurahan Dalpenang dan Desa Paseyan. Ketinggian air di dua lokasi ini mencapai 2 meter.
MUSTHOFA BISRI