Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Suku Dayak Terbelah Soal Meratus Jadi Taman Nasional

image-gnews
Jalur memasuki daerah Pantai Sukamade di kawasan Taman Nasional Meru Betiri, Kabupaten Banyuwangi. Tempo/Rully Kesuma
Jalur memasuki daerah Pantai Sukamade di kawasan Taman Nasional Meru Betiri, Kabupaten Banyuwangi. Tempo/Rully Kesuma
Iklan

TEMPO.CO, Banjarmasin - Komunitas suku Dayak di Kalimantan Selatan tidak satu suara mengenai wacana untuk menjadikan Pegunungan Meratus sebagai taman nasional.

Ketua Dewan Adat Dayak Kalimantan Selatan, Difriadi Darjat, mendukung penuh upaya perubahan status itu. Dengan status taman nasional, kata Darjat, pemerintah berkewajiban melindungi keanekaragaman ekosistem di Pegunungan Meratus.

Penetapan taman nasional dinilai penting seiring meluasnya perkebunan sawit dan tambang batu bara yang mengepung gugusan Meratus. Namun, dukungan itu bersyarat. “Hak tanah ulayat suku Dayak di Pegunugan Meratus harus dikeluarkan dulu dari zona taman nasional,” kata Difriadi Darjat kepada Tempo, Kamis 25 Februari 2016.

Menurut dia, pemerintah mesti menjamin kehidupan suku Dayak yang mendiami lereng gugusan Pegunungan Meratus. Menurut Darjat, suku Dayak tetap berhak berkembang dan lestari meski wilayah Meratus telah berubah status.

Difriadi mengingatkan putusan MK Nomor 35 Tahun 2012 tentang pengakuan hutan adat. Putusan itu, kata dia, menjamin kepastian legal hak-hak masyarakat adat atas hutan adat demi mewujudkan kesejahteraan suku asli. “Ada zona tertentu untuk masyarakat Dayak bisa berkembang. Bukan mendukung pengusaha (sawit),” kata Difriadi.

Adapun Ketua Lembaga Musyawarah Masyarakat Dayak Kalimantan Selatan, Dana Lumur, menolak usulan status taman nasional. Menurut Lumur, status taman nasional akan mengancam nasib ribuan suku Dayak yang turun temurun mendiami lereng-lereng Pegunungan Meratus. “Kami tinggal di tengah hutan, mencari makan di hutan, bikin rumah di lereng Meratus. Hutan identik (sebagai) tempat tinggal kami.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Status taman nasional, kata dia, bakal melarang Suku Dayak menjamah Pegunungan Meratus untuk mencari hasil buruan, memanen rotan, dan hasil bumi lain.

Ia mengakui suku Dayak Meratus masih berburu hewan di belantara Meratus. Namun, Dayak Meratus sebatas memburu binatang seperti babi hutan, musang, dan sebagian rusa. “Kami enggak berburu binatang yang benar-benar dilindungi.”

Lumur berharap pemerintah membicarakan lebih dahulu sebelum mengubah Pegunungan Meratus menjadi taman nasional. Ia bahkan mendesak rencana itu dibatalkan karena bertentangan dengan semangat putusan MK Nomor 35 Tahun 2012.

Ketua Kaukus Lingkungan Hidup dan Kehutanan DPRD Kalimantan Selatan, Zulfa Asma Vikra, sebelumnya berencana menjadikan Pegunungan Meratus sebagai taman nasional. Dengan status ini diharapkan keanekaragaman ekosistem tetap lestari di gugusan pegunungan yang membentang dari Kabupaten Tabalong hingga Kotabaru itu. “Kami sebatas mengusulkan dengan dukungan pemerintah daerah dan DPRD, pusat yang menentukan zona-zona mana saja yang layak dijadikan taman nasional.”

DIANANTA P. SUMEDI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

20 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa malam, 27 Februari 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan alasan pemerintah memutihkan lahan sawit ilegal di kawasan hutan.


365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

20 hari lalu

Sawit 2
365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

Ratusan perusahaan pemilik lahan sawit ilegal di kawasan hutan mengajukan pemutihan.


Pemutihan Lahan Sawit Ilegal Dipercepat, Target Rampung 30 September 2024

20 hari lalu

Shutterstock.
Pemutihan Lahan Sawit Ilegal Dipercepat, Target Rampung 30 September 2024

Pemerintah mempercepat program pemutihan lahan sawit ilegal di kawasan hutan. Ditargetkan selesai 30 September 2024.


Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

20 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan seringkali tidak mendapatkan hak akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya di dalamnya.


Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen

23 hari lalu

Massa buruh membawa poster saat menggelar aksi di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa, 14 Maret 2023. Para buruh juga menuntut pemerintah untuk menghentikan obral tanah dan hutan untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). TEMPO/M Taufan Rengganis
Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen

Kondisi hutan di IKN yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung masih jauh dari kondisi ideal.


Hari Hutan Internasional: Laju Deforestasi Hutan Tiap Tahun Mengkhawatirkan

27 hari lalu

Penggundulan hutan di India. [www.nature.com]
Hari Hutan Internasional: Laju Deforestasi Hutan Tiap Tahun Mengkhawatirkan

Hari Hutan Internasional diperingati setiap 21 Maret. Sejarahnya dimulai 2012 yang diprakarsai oleh PBB untuk membantu dan mendukung konservasi hutan


Agar Dilirik Wisatawan, Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Diusulkan Digarap Sistem Blok

27 hari lalu

Taman Hutan Raya Bunder di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. (Dok.istimewa)
Agar Dilirik Wisatawan, Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Diusulkan Digarap Sistem Blok

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyiapkan pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder di Kabupaten Gunungkidul dengan sistem blok.


OIKN Klaim 65 Persen Kawasan IKN akan Menjadi Hutan Tropis

30 hari lalu

Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN), Bambang Susantono saat mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 18 Maret 2024. Rapat tersebut beragendakan perkenalan Kepala Otorita IKN beserta jajarannya dan pemaparan progres pembangunan IKN. TEMPO/M Taufan Rengganis
OIKN Klaim 65 Persen Kawasan IKN akan Menjadi Hutan Tropis

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono mengatakan 65 persen kawasan IKN akan bisa dijadikan hutan tropis kembali.


Jangan Kabur, Ini 6 Tips Menyelamatkan Diri saat Bertemu Harimau

30 hari lalu

Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) mengamuk dan mengalami gigi taring patah karena mengigit kandang besi saat masuk perangkap di Nagari Binjai, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Minggu, 4 Februari 2024. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat mengevakuasi seekor Harimau Sumatera berjenis kelamin betina, setelah masuk ke kandang jebak yang dipasang karena sebulan terakhir mendapatkan laporan hewan dilindungi itu memakan ternak warga. ANTARA/Iggoy el Fitra
Jangan Kabur, Ini 6 Tips Menyelamatkan Diri saat Bertemu Harimau

Saat sedang pergi ke hutan atau gunung dan bertemu harimau, sebaiknya jangan panik. Berikut beberapa tips menyelamatkan diri saat bertemu harimau.


Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

45 hari lalu

Petugas berupaya memadamkan kebakaran hutan dan lahan di wilayah Bintan Timur, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Sabtu 15 Januari 2022. ANTARA/HO-UPT Damkar Bintan Timur
Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?