TEMPO.CO, Jakarta - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri mengaku sedang memeriksa empat warga negara Indonesia (WNI) yang dideportasi Singapura karena diketahui hendak bertolak ke Suriah.
“Sampai siang ini, teman-teman kepolisian masih melakukan pemeriksaan,” tutur Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigadir Jenderal Agus Rianto di kantornya, Selasa, 23 Februari 2016.
Dari informasi yang didapatkan Agus, empat WNI berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura. Setibanya di Singapura, mereka diperiksa petugas keamanan setempat. Mereka mengaku sedang transit dan hendak bertolak ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok teror bersenjata Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Kepolisian Singapura kemudian melaporkan temuan itu ke Mabes Polri. Saat ini, Densus 88 Antiteror memeriksa kaitan empat WNI dengan jaringan ISIS. Hanya saja, Agus belum membeberkan temuannya.
“Teman-teman penyidik sudah tahu, tapi nanti dilihat hasilnya,” kata dia. Pihaknya belum membeberkan hasil pemeriksaan kepolisian. Namun sebelumnya Kapolri Jenderal Badrodin Haiti telah membeberkan bahwa keempat WNI itu adalah anak buah Aman Abdurrahman.
Badrodin menjelaskan bahwa keempat WNI itu bernama Risno asal Purbalingga, Mukhlis Khoirur Rofiq, Untung Sugema Mardjuk, dan Muhammad Mufid Murtadno. Namun polisi belum memastikan apakah mereka terlibat dengan aksi teror yang terjadi di Indonesia.
Sebelumnya, kepolisian Singapura mendeportasi empat WNI pada Minggu, 21 Februari 2016. Mereka diketahui hendak bertolak ke Singapura. Dari pemeriksaan kepolisian setempat, mereka memiliki paspor. Hanya saja, karena tujuan mereka ke Suriah, membuat kepolisian Singapura sigap menangkapnya.
AVIT HIDAYAT