TEMPO.CO, Malang - Tak lama berselang dari kejadian kecelakaan pesawat latih tempur jenis Super Tucano, Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh di Malang, Jawa Timur, mendapat tambahan satu unit pesawat NC212-200.
Pesawat angkut militer ini tiba di Pangkalan itu pada Senin, 15 Februari 2016. (Baca: Termasuk Super Tucano, Sudah Lima Pesawat Jatuh Asal Pangkalan Udara di Malang)
Komandan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Marsekal Pertama TNI H RM Djoko Senoputro mengatakan pesawat tersebut diproduksi bersama antara PT Dirgantara Indonesia dan Airbus Defense & Space (ADS). “Dengan tambahan pesawat ini, total kami punya tujuh pesawat NC212-200, dan semuanya ditempatkan di Skuadron Udara 4,” kata Djoko, Senin, 15 Februari 2016.
Djoko menerangkan pesawat NC212-200 berkapasitas 20-24 orang penumpang atau setara dengan 2.820 kilogram kargo. Berat kosong pesawat itu 4.400 kilogram dan berat maksimum saat take-off dibatasi 8.000 kilogram.
Menggunakan dua mesin penggerak Garret Air Research USA TPE-331-10R, masing-masing bertenaga 925 shp atau ekuivalen dengan 690 kilowatt, kecepatan maksimum NC212-200 mencapai 370 kilometer per jam. Dengan kecepatan itu, pesawat bisa menempuh jarak 7.925 meter dengan daya tanjak 497 meter per menit.
“Pesawat ini sudah pakai glass cockpit, berbeda dengan yang dulu yang masih analog. Nantinya pesawat ini akan kami gunakan untuk tugas-tugas pokok, seperti pemotretan, evakuasi skala kecil, dan floating pasukan,” ujar Djoko.
Kepala Divisi Manajemen Program dan Perencanaan PT Dirgantara Indonesia Rahmat Condrogumono menambahkan pesawat NC212 termasuk pesawat ringan. Pesawat ini dirancang untuk beroperasi di daerah-daerah perintis atau bandara kecil yang masih minim infrastruktur dan memiliki landasan pacu tak beraspal.
NC212 merupakan salah satu hasil kerja sama PT Dirgantara Indonesia (dulu PT Industri Pesawat Terbang Nusantara/IPTN) dengan ADS (dulu bernama Construcciones Aeronauticas SA/CASA) yang bermarkas di Spanyol sejak 1976. “Kerja sama kami dengan mereka berjalan baik, terbukti Airbus Military mempercayakan kami memproduksi dan memasarkan under license varian NC212-400 tahun 2006,” kata Rahmat.
Lalu, pada 2009 kerja sama dilanjutkan dengan program pembuatan NC212-200. Airbus Military memberi kepercayaan penuh kepada PT Dirgantara Indonesia untuk memindahkan semua peralatan perakitan pesawat NC212 dari markas Airbus Military di San Pablo, Filipina, ke kantor pusat PT Dirgantara Indonesia di Bandung.
“Produksi awal memenuhi permintaan sebanyak 10 unit NC212-400 dan diselesaikan pada 2012,” ujar Rahmat.
Keberhasilan itu berbuah kerja sama baru. Pada akhir 2014 Dirgantara Indonesia dan ADS bersepakat mengembangkan tipe pesawat terbang baru sebagai tipe derivatif dari C212-400 yang bernama NC212i. Rancang bangun pesawat digarap bersama DI-ADS. Namun seluruh proses pengerjaan dilakukan PT Dirgantara Indonesia di Bandung.
Hingga sekarang Dirgantara Indonesia telah menjual dua unit NC212i ke Filipina, dan ADS menjual tiga unit pesawat serupa ke Vietnam.
ABDI PURMONO