TEMPO.CO, Serang - Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Kesehatan meminta masyarakat mewaspadai perkembangan penyakit demam berdarah. "Kami melakukan berbagai langkah antisipasi. Saat ini kami terus melakukan fogging siklus kedua," kata Kepala Dinas Kesehatan Banten Yanuar, Selasa, 16 Fabruari 2016.
Yanuar mengatakan, pada Februari 2016, jumlah penderita demam berdarah di Provinsi Banten cenderung menurun jika dibandingkan Januari. "Kami tetap tingkatkan kewaspadaan, meskipun pada bulan ini kasus DBD sedikit berkurang karena kesadaran masyarakat menjaga lingkungannya semakin meningkat," ucapnya.
Yanuar menyebutkan, hingga saat ini, dari delapan kabupaten/kota di Provinsi Banten, hanya Kabupaten Tangerang yang menetapkan kejadian luar biasa (KLB). Sedangkan tujuh daerah lainnya belum termasuk kategori KLB. "KLB hanya di Kabupaten Tangerang, lainnya masih biasa-biasa saja," ujarnya.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Banten Didin Aliyudin mengatakan, berdasarkan data hingga Jumat, 12 Februari 2016, jumlah kasus DBD di Banten sebanyak 1.003 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 29 orang meninggal dunia.
Jumlah korban meninggal akibat penyakit DBD di Banten antara lain di Kabupaten Tangerang 15 orang, Kabupaten Pandeglang lima orang, Kabupaten Serang tiga orang, Kota Serang dua orang, Cilegon dua orang, dan Tangerang Selatan dua orang meninggal dunia.
Menurut dia, untuk menekan angka penyebaran penyakit DBD tersebut, Dinas Provinsi Banten meminta masyarakat menjaga kesehatan lingkungan, terutama pemberantasan sarang nyamuk.
Dinas Kesehatan Banten mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1,650 miliar untuk pemberantasan penyakit menular, termasuk DBD. “Itu pos anggarannya untuk penyakit menular, antara lain HIV, kusta, dan DBD,” ucap Didin.
WASI'UL ULUM