TEMPO.CO, Jakarta - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyebutkan ada tiga kelompok besar teroris di sekitar Jakarta, pasca bom Thamrin. Ia mengungkapkan hal ini dalam rapat kerja bersama antara anggota komisi I dan III Dewan Perwakilan Rakyat dan jajaran menteri dan kepala lembaga di bawah koordinasi Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
"Kelompok Hendro mendapat Rp 1,3 miliar dari Jordania, Irak, dan Turki," kata Badrodin dalam rapat kerja bersama antara anggota Komisi I dan III DPR dengan jajaran menteri dan kepala lembaga di bawah koordinasi Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Senin 15 Februari 2016.
Baca Juga:
Menurut Badrodin, kelompok Hendro mengalirkan sebagian dananya ke Filipina dan Poso, dan dana itu diambil secara tunai.Kelompok ini memiliki sembilan pucuk senjata api dari Lapas Tangerang, namun mereka tak memiliki peluru.
Yang kedua adalah kelompok Helmi, yang menurut dia, sempat berencana mengebom kantor Polda Metro Jaya. "Rencananya pakai bom mobil," ujar Badrodin. Kelompok Helmi ditangkap di Sumedang.
Baca: Kapolri Minta Seluruh Kapolda Waspadai Modus Teroris
Ketiga, menurut Badrodin, adalah kelompok Indramayu. Kelompok ini berencana menyasar anggota Polri yang bertugas di jalan raya. Dengan cara menusuk polisi memakai senjata tajam dan besi. "Itu rencana mereka."
Kepolisian menangkap juga kelompok Abu Musyak di Bekasi, pada saat malam tahun baru. "Itu merupakan kelompok tersendiri, tadinya mau beraksi di malam Tahun Baru," Badrodin menuturkan.
Badrodin menjelaskan bahwa kelompok teroris sebenarnya kekurangan biaya dalam melakukan aksinya. Hal ini terlihat dari rancangan bom Thamrin, yang diperkirakan hanya memakan biaya sebesar Rp 900 ribu.
Namun, Badrodin menegaskan, ancaman terorisme masih sangat nyata di Indonesia, karena masih banyak kelompok teroris yang berhubungan dengan Bahrun Naim. "Dia melakukan motivasi untuk jihad, ajarin buat bom, terus siapa pun yang siap melakukan aksi teror akan dikirim biayanya."
DIKO OKTARA