TEMPO.CO, Subang - Ribuan nelayan yang biasa mangkal di Muara Blanakan, Patimban, Mayangan dan Muara di pesisir Pantai Utara (Pantura) Subang, Jawa Barat, terpaksa menganggur lantaran kondisi gombang laut tinggi dan angin kencang.
Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Kabupaten Subang, Otong, Senin, 14 Pebruari 2016, mengatakan, tinggi gelombang di Samudera Indonesia saat ini mencapai 1,5 hingga 2,5 meter. "Untuk perahu ukuran 3 - 5 GT (Gross Tonnage) seperti dimiliki para nelayan Pantura, tidak akan bisa melawan terjangan ombak setinggi itu apalagi ditambah embusan anginnya yang kencang," jalasnya.
Otong mengatakan jumlah nelayan yang beroperasi di empat muara pesisir Pantura Subang tak kurang dari 4.500 orang. Hampir semuanya kini terpaksa menganggur atau mencari kesibukan dengan menjadi pekerja serabutan. "Misalnya mendadak jadi petani," kata Otong menjelaskan.
Ia mengharapkan, Pemkab Subang memberikan bantuan pinjaman usaha berjangka buat para nelayan khususnya pada saat masa jeda selama tiga-empat bulan. "Misalnya buat modal dagang," kata Otong.
Seorang nelayan di Muara Patimban, Karna, mengatakan karena tak bisa melaut dia terpaksa jadi buruh tani. "Buat nyambung hidup keluarga. Kebetulan sekarang masih ramai musim tanam padi rendeng," katanya.
Ia memperkirakan gelombang tinggi dan angin kencang di Laut Jawa baru akan reda pada medio akhir Pebruari 2016. "Mudah-mudahan nggak meleset," ujar Karna yang menganggur sejak Desember 2015.
Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Subang, Mery Meryam, menyebutkan, berdasarkan hasil pendataa pihaknya, para nelayan yang biasa beroperasi di empat muara Subang tersebut sebanyak 6.500 orang."Nelayan asli Subangnya 4.500 orang dan yang andon asal daerah Indramayu, Brebes dan Rembang, sebanyak 2.000 orang," kata Mery.
Akibat tak melautnya ribuan nelayan tersebut, pasokan ikan ke tempat-tempat pelelangan ikan (TPI) pun menyusut. "Otomatis jadi seret," kata Mery. Ihwal adanya permintaan bantuan berjangka buat menolong nasib para nelayan yang menganggur saat cuaca buruk, ia menjawab,"Akan kami pikirkan."
NANANG SUTISNA