TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Yorrys Raweyai mengusulkan agar mekanisme pemilihan Ketua Umum Golkar dilakukan secara terbuka. Hal itu, menurut dia, dimaksudkan agar tidak terjadi transaksi uang dalam musyawarah nasional luar biasa.
"Jangan tertutup. Misalnya gini, di depan forum saya pilih si A. Itu untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang dikhawatirkan seperti itu," kata Yorrys saat dihubungi pada Jumat, 12 Februari 2016.
Yorrys berujar, dalam sistem pemilihan Ketua Umum Golkar yang berlaku saat ini, memang terdapat celah adanya money politic. "Kan harus ada rekomendasi tertulis ini itu, itu nanti jadi transaksi. Jadi bikin aja transparan," ujar Yorrys.
Menurut Yorrys, Golkar harus belajar dari pengalaman-pengalaman menggelar munas sebelumnya. Dia berujar, Golkar harus melahirkan konstitusi baru agar pemilihan ketua umum lebih akuntabel dan profesional. "Agar dapat juga melahirkan pemimpin yang lebih demokratis dan dipercaya," tuturnya.
Pekan depan, ujar Yorrys, Golkar akan menggelar rapat untuk membentuk kepanitiaan munaslub. Menurut dia, kepanitiaan yang akan diperkuat adalah Steering Committee. "Karena banyak bahan yang perlu disiapkan, seperti pernyataan politik, sistemnya, mekanismenya, dan persyaratan pemilihannya," ujar Yorrys.
Pekan lalu, Golkar telah menggelar rapat perdana dalam rangka rekonsiliasi. Rekonsiliasi tersebut dilakukan setelah setahun lamanya terdapat dua kubu yang saling bertikai, yakni kubu Munas Bali yang diketuai Aburizal Bakrie dan kubu Munas Ancol yang dipimpin Agung Laksono.
Kedua kubu itu akhirnya sepakat untuk menggelar munas sebagai langkah rekonsiliasi. Rencananya, munas itu akan digelar pada April atau Mei. Dalam munas tersebut, Golkar juga akan memilih Ketua Umum yang baru karena Aburizal dan Agung sepakat untuk tidak maju lagi sebagai Ketua Umum Golkar.
Sementara itu, beberapa nama calon Ketua Umum Golkar yang beredar adalah Idrus Marham, Agus Gumiwang Kartasasmita, Airlangga Hartarto, Priyo Budi Santoso, Ade Komaruddin, Setya Novanto, Aziz Syamsuddin, Roem Kono, Mahyudin, dan juga Nurdin Halid.
ANGELINA ANJAR SAWITRI