TEMPO.CO, Yogyakarta - Jenazah pilot pesawat tempur latih Super Tucano, Mayor Penerbang Ivy Safatillah, dikuburkan di samping makam Kapten Penerbang Dwi Cahyadi. Dwi adalah pilot pesawat T501 Golden Eagle, yang jatuh pada saat manuver udara di Yogyakarta, 20 Desember 2015.
Ivy dan Dwi Makam dimakamkan di Kompleks F Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta. Ivy meninggal dunia Rabu, 10 Februari 2016, karena pesawat yang dipilotinya jatuh di Malang, Jawa Timur.
Upacara pemakaman secara militer dipimpin oleh Komandan Pangkalan Udara Adisutjipto Marsekal Pertama Imran Baidirus. "Atas nama negara dan TNI, dengan ini mempersembahkan kepada ibu pertiwi jiwa raga dan jasa-jasa almarhum," kata Imran Baidirus, saat pemakaman, Kamis, 11 Februari 2016.
Imran mengatakan, demi kepentingan dan keluhuran bangsa, semoga jalan darma bakti yang ditempuh Ivy dapat menjadi suri tauladan bagi semua personel. Prosesi pemakaman oleh tim dari Pangkalan Udara Adisutjipto lengkap dengan senjata laras panjang. Sebelum masuk ke kompleks makam, suara tembakan menggema. Seusai jenazah dimasukkan ke dalam liang lahat, dilakukan tembakan salvo ke udara sebagai tanda penghormatan secara militer.
Jabatan terakhir Ivy adalah Kepala Fasilitator Latihan Wing II Pangkalan Udara Abdul Rahman Saleh, Malang, Jawa Timur. Ia merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara 2000. Pria kelahiran 9 April 1979 itu meninggalkan seorang istri, Diana Fitri, 34 tahun, serta dua anak laki-laki, yakni Dafa Firandy Zain, 9 tahun, dan Aqsa Irfan Maulana, 7 tahun. Saat ini istri penerbang itu tengah hamil 8 bulan.
Seusai pemakaman, istri dan kedua anak pilot itu tampak berdoa dan bersimpuh di dekat pusara yang dipenuhi dengan bunga mawar merah dan putih. Lalu keluarga melakukan doa tahlil.
Ayah Ivy, Faishol Rozi, 60 tahun, mengatakan cita-cita anaknya itu menjadi tentara. Awalnya Ivy akan masuk TNI Angkatan Darat. Namun ia justru masuk Akademi Angkatan Udara. "Dia bercita-cita berpangkat bintang," katanya.
MUH SYAIFULLAH