TEMPO.CO, Malili - Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Aziz Rajmal, megimbau para orang tua dan sekolah mengawasi para remaja dam siswa agar tidak merayakan Hari Valentine. “Dalam adat dan budaya masyarakat Luwu Timur tidak dikenal acara semacam itu,” katanya saat dihubungi Tempo, Rabu, 10 Februari 2016.
Aziz mengatakan MUI Luwu Timur tidak perlu mengeluarkan fatwa untuk melarang perayaan Hari Valentine. Namun, ia tetap meminta Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, terutama instansi terkait, melakukan tindakan pencegahan agar para remaja pria dan wanita tidak merayakannya. “Di daerah lain mungkin dibolehkan, tapi di Luwu Timur tidak patut dilakukan,” ujarnya.
Hari Valentine, kata Aziz, adalah budaya asing yang tidak jelas asal usulnya. Bila tetap dirayakan dan tanpa ada pengawasan, sangat rawan terjadi perbuatan-perbuatan yang merusak aqidah. “Di sejumlah daerah lain, budaya asing itu diadopsi begitu saja, yang pada kenyataannya banyak menimbulkan efek buruk,” ucap dia.
Aziz menjelaskan, sesuai ajaran agama, mencurahkan rasa kasih sayang kepada sesama manusia bisa dilakukan kapan saja sebagai wujud silaturahmi. Curahan kasih sayang juga tidak perlu dilakukan secara berlebihan. "Dalam budaya kita memang mengajarkan untuk terus menumbuhkan rasa kasih sayang, tapi dengan cara-cara yang baik dan bermartabat," tuturnya.
Azis justeru mengajak para remaja di Luwu Timur melestarikan budaya yang memang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Luwu Timur, juga budaya yang dikenal oleh bangsa Indonesia. “Justeru menjadi aneh karena kita sibuk mempopulerkan budaya asing yang bertentangan dengan norma dan agama, sebaliknya budaya bangsa sendiri dikuburkan.”
Pemerhati pendidikan Luwu Timur Sarkawi Andi Hamid sepakat agar remaja dan siswa sekolah tidak merayakan Hari Valentine. Ia juga meminta instansi pemerintah di daerah memberikan pemahamam tentang budaya asing itu agar tidak ditiru. “Valentine Day adalah budaya asing yang sudah membudaya pula di indonesia,” katanya.
Sarkawi mengetahui sudah ada kelompok remaja di Luwu Timur yang merayakannya, meski tidak semeriah di daerah lain. Itu sebabnya ia meminta instansi terkait segera mengeremnya sebelum menjadi trend.
HASWADI