TEMPO.CO, Lhokseumawe - Banjir melanda Kabupaten Aceh Utara dan sekitarnya pada Rabu, 10 Februari 2016. Akibatnya, sekitar 6.000 siswa dari 22 sekolah, mulai tingkat taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas, tidak bisa ke sekolah.
“Siswa bukan kami yang liburkan, tapi mereka tidak bisa ke sekolah karena lingkungan mereka tinggal dan sekolah kebanjiran,” ujar Mawardi, Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan PLS Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Aceh Utara, kepada Tempo, Rabu, 10 Februari 2016.
Mawardi mengatakan sejumlah siswa tinggal di desa yang terkena banjir, sehingga banyak dari mereka yang bertahan di rumah atau ikut mengungsi bersama keluarga.
“Kalau Kecamatan Lhoksukon, memang sudah terjadi setiap tahun, karena daerahnya rendah. Jika musim hujan, air sungai sering meluap,” ujarnya.
Berdasarkan data, 6.000-an siswa dari 22 sekolah yang terendam banjir tersebut berada di empat kecamatan. Sebagian besar berada di Kecamatan Lhoksukon, yakni Sekolah Dasar Negeri 2, SDN 8, SDN 21, SDN 10, SDN 1, SDN 8, SDN 25, Sekolah Menengah Pertama Negeri 3, dan SMPN 5. Sedangkan sisanya di Kecamatan Langkahan sebanyak lima sekolah, Matang Kuli (6 sekolah), dan Pirak Timue (2 sekolah).
Mawardi memprediksikan, jika hari ini tidak turun hujan di Aceh Utara dan di pegunungan dataran tinggi Gayo, kemungkinan besar besok para siswa dan guru sudah bisa kembali ke sekolah guna membersihkan air berlumpur yang mengotori ruang kelas.
IMRAN M.A.