TEMPO.CO, Jakarta - Puncak musim hujan yang mulai terjadi di berbagai daerah di Indonesia disebabkan kondisi atmosfer dari berbagai fenomena global. "Ditandai dengan kondisi Monsoon Asia yang intensif disertai kondisi seruakan dingin (cold surge) yang terindikasi menguat," kata Kepala Pusat Informasi Meteorologi Publik, BMKG, Mulyono R Prabowo pada Senin, 8 Februari 2016.
Fenomena lain yang bersamaan adalah fase basah dari Madden Julian Oscillation (MJO) yang memasuki wilayah maritim kontinen (Indonesia). Selain itu terdapat daerah pertemuan massa udara yang terpantau terbentuk di sekitar Jawa hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurut Mulyono, diperkirakan pada pekan ini potensi hujan akan semakin meningkat khususnya di Jawa hingga NTT. Selain itu ada fenomena daerah tekanan rendah di utara Australia yang memberikan pengaruh tidak langsung dimana di Indonesia awan hujan akan semakin banyak terbentuk.
Kondisi tersebut, ujar Mulyono, mengakibatkan munculnya hujan lebat yang akan dominan terjadi khususnya di wilayah Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara. Seiring dengan hal tersebut diperkirakan potensi angin kencang, petir dan hujan es yang akan terjadi di beberapa wilayah.
Mulyono menghimbau seluruh masyarakat dan instansi terkait tetap waspada terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan oleh cuaca ekstrem. Selain itu warga diimbau turut menjaga lingkungan agar tetap bersih dan mencegah munculnya bibit penyakit seperti demam berdarah dan menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit.
DESTRIANITA KUSUMASTUTI