TEMPO.CO, Probolinggo - Abu vulkanis erupsi Gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur, berdampak pada jaringan kabel Perusahaan Listrik Negara (PLN) di kawasan Tengger. Sejumlah desa di kawasan Tengger, terutama di Kecamatan Sukapura, gelap gulita.
Doyo, warga kawasan Tengger, mengatakan semburan abu Bromo berpengaruh pada aliran listrik. "Pada malam hari, desa-desa di kawasan Bromo seperti desa mati, sunyi dan sepi," ucap Doyo, Jumat, 5 Februari 2016.
Camat Sukapura Bambang Yulius menuturkan ada 12 desa yang jaringan listriknya terganggu akibat abu Bromo. "Abu Bromo mengandung silika dan belerang. Dampaknya pada trafo gardu listrik di sejumlah desa, listriknya sering mati," ujar Bambang.
Petugas PLN, kata Bambang, sudah sering kali naik-turun untuk membersihkan trafo. Untuk mengatasi matinya aliran listrik di sejumlah desa tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Probolinggo sudah menempatkan genset di sejumlah desa. "Untuk membantu penerangan," ucapnya.
Hingga Jumat siang, Gunung Bromo masih terus mengalami erupsi. Suara gemuruh sedang-kuat terdengar dari kawah. Sesekali juga terdengar gelegar dentuman yang kuat. Sinar api samar-samar terlihat dari kawah Bromo.
Lontaran lava pijar teramati dengan radius 100 meter dari puncak gunung. Pengamatan secara kegempaan pada Kamis malam kemarin hingga pukul 24.00 WIB menunjukkan tremor terjadi terus-menerus dengan amplitudo maksimum 1-21 milimeter dominan 3 milimeter.
Terjadi delapan kali gempa letusan dengan amplitudo maksimum 23-36 milimeter selama 22-49 detik. Terjadi pula dua kali gempa vulkanis dangkal dengan amplitudo maksimum 27-32 milimeter selama 14 detik. Sedangkan pengamatan secara kegempaan hingga Jumat pagi menunjukkan tremor masih terjadi terus-menerus dengan amplitudo maksimum 1-28 milimeter dominan 3 milimeter.
Selain itu, terjadi enam kali gempa letusan dengan amplitudo maksimum 26-36 milimeter selama 15-66 detik. Terjadi dua kali gempa vulkanis dangkal dengan amplitudo maksimum 22-30 milimeter selama 10-13 detik. Terjadi pula dua kali gempa vulkanis dalam dengan amplitudo maksimum 24-30 milimeter selama 11-13 detik. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi masih mempertahankan status aktivitas Bromo di level III atau siaga.
DAVID PRIYASIDHARTA