TEMPO.CO, Pontianak - Notula rapat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) pada 8 September 2015, yang dipimpin oleh Ahmad Musadeq, menginstruksikan perang. Bahkan Musadeq mengisyaratkan tebas leher bagi anggota keluarga yang tidak ikut.
“Sifat orang beriman tidak mau berkasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan rasulnya, berkawan akrab, mengambil musuh sebagai kawan. Kalau bapak-bapakmu tidak ikut, nanti di perang badar, tebas leher bapakmu. Kalau tidak begitu, Anda bukan orang mukmin atau anak-anakmu yang tidak ikut tebas lehernya. Maka, anak itu bawa, dan jika istrinya tidak mau, ambil anaknya,” ujar Musadeq dalam notula itu.
Notula yang berhasil didapat Tempo ialah notula rapat Mei dan September 2015. Dokumen tersebut milik Fazza Angga Novansyah, warga Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dilaporkan hilang oleh keluarganya.
Musadeq mengatakan pengikutnya harus yakin memenangi peperangan di jalan Tuhan. Roh Tuhan masuk ke diri kita dan kita betul-betul dikendalikan oleh Dia. “Ketahuilah bahwa tentara Tuhan itu pasti menang,” katanya. Untuk menghadapi perang, pengikutnya harus bersiap-siap. Jika punya rumah atau tanah, disarankan untuk dijual.
“Punya duit sekarang jangan pikir yang macam-macam. Tinggal berapa tahun lagi, anak-anak kita sudah gede. Pada zaman nabi, banyak anak umur 15 tahun ikut perang, umur 17 sudah menjadi jendral,” katanya.
Sebelumnya, Musadeq menyatakan pemilihan Borneo (Kalimantan) sudah tepat karena masih banyak hutan. Musadeq menginstruksikan pengikutnya untuk latihan di hutan. Musadeq menginstruksikan pengikutnya membuat Garda dan bekerja sama dengan bidang sumber daya manusia serta menteri-menteri yang lain.
Dalam amanatnya, Musadeq menambahkan, jika nama-nama sudah ada, mereka harus segera difungsikan berkelompok dan menyebar. “Banyak tempat latihan (di Kalimantan), tinggal bagaimana kita harus kuat. Yang lain, program pertanian jalan, nanti kalau perang, bagaimana pertaniannya? Yang perang, perang, yang tani, tani. Jadi hasil pertanian itu untuk mendukung agar tidak kelaparan,” katanya.
Dokumen notula tersebut berjudul Rapat Penurunan Hasil Rapat Pejabat Nasional, Selasa, 8 September 2015. Hadir dalam rapat, 45 anggota laki-laki dan dua anggota perempuan.
Belum diperoleh konfirmasi dari bekas pengurus Gafatar lain tentang otentisitas dokumen ini. Polisi juga belum memberikan konfirmasi soal temuan dokumen ini. Sekitar 1.000 anggota Gafatar dipulangkan paksa dari Kalimantan Barat dalam beberapa pekan terakhir karena dituduh meresahkan masyarakat setempat.
ASEANTY PAHLEVI