TEMPO.CO, Boyolali - Sudah delapan hari ditampung di Asrama Haji Donohudan Kabupaten Boyolali, para pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Kalimantan Barat masih belum jelas nasibnya. “Kalimantan (Barat) itu kita telepon (untuk memulangkan warganya) ke sana nggak mau. Dia bilang itu ex-Gafatar kemarin yang ganti KTP di sini,” kata sumber Tempo dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah pada Rabu malam, 3 Februari 2016.
Menurut pejabat di Dinas Sosial Jawa Tengah itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menilai para pengikut Gafatar yang ber-KTP Kalimantan Barat adalah warga pendatang dari luar daerah yang kemudian mengurus pindah kependudukan. “Jadi seolah-olah (para pengikut Gafatar yang ber-KTP Kalimantan Barat) dikirim kembali ke sini (Jawa),” kata sumber tersebut.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sosial Jawa Tengah Petrus Edison Ambarura mengaku belum tahu sampai kapan 730 pengikut Gafatar dari berbagai daerah akan ditampung di Asrama Haji Donohudan Boyolali. “Karena ini terkait dengan provinsi lain. Jawa Tengah sudah berkirim surat ke semua provinsi (ihwal penjemputan pengikut Gafatar di Asrama Haji Donohudan). Ada yang sudah menjawab ada yang belum,” kata Edison.
Dari 730 pengikut Gafatar di Asrama Haji Donohudan yang belum dijemput, Edison mengatakan, 354 orang di antaranya ber-KTP Kalimantan Barat. Disinggung ihwal informasi adanya penolakan dari Provinsi Kalimantan Barat untuk menjemput 354 orang tersebut, Edison mengaku akan meminta solusi ke Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.
“Kami sudah berkirim surat ke Bu Menteri untuk menanyakan solusi bagaimana kalau mereka (pengikut Gafatar) terlalu lama di sini,” kata Edison. Menurut dia, para pengikut Gafatar yang ber-KTP Kalimantan Barat di Asrama Haji Donohudan kemungkinan akan ditelusuri lagi dari mana daerah asal mereka sebelum berpindah ke Kalimantan.
“Kalau asalnya dari Jogja, akan kami komunikasikan dengan Jogja lagi (untuk proses penjemputan). Kalau dari Jawa Tengah, akan kami komunikasikan dengan pemerintah kabupaten dan kota,” kata Edison.
Salah satu pengikut Gafatar yang ber-KTP Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Samurji, mengaku sudah satu tahun meninggalkan kampung halamannya di Kabupaten Sleman, DIY. Perempuan 38 tahun itu ingin segera meninggalkan Asrama Haji Donohudan dan tidak mempermasalahkan apakah akan dipulangkan ke Ketapang atau ke Sleman.
“Kami harus segera bekerja. Tidak mungkin selamanya tinggal di sini dan terus bergantung pada bantuan pemerintah,” kata Samurji yang termasuk dalam rombongan 1.281 pengikut Gafatar yang dipulangkan dari Ketapang dan ditampung di Asrama Haji Donohudan sejak Rabu pekan lalu.
DINDA LEO LISTY