TEMPO.CO, Tulungagung - Banjir merendam ratusan rumah di Desa Gedangsewu dan Desa Sobontoro, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Banjir yang terjadi akibat meluapnya air sungai karena intensitas hujan yang tinggi, juga merendam ratusan hektare sawah. Tanaman padi yang baru berusia sekitar 2–4 pekan dikhawatirkan tak bisa tumbuh dengan baik.
Kepala Desa Gedangsewu Miswan menjelaskan bahwa air sungai meluap akibat hujan deras yang mengguyur sejak Selasa sore hingga tadi malam. “Sampai siang ini air masih menggenangi rumah warga, meski mulai surut,” katanya, Rabu, 3 Februari 2016.
Menurut Miswan, di desanya sekitar seratus rumah warga terendam air setinggi lutut orang dewasa. Warga yang panik berusaha menyelamatkan barang mereka ke tempat yang lebih tinggi. Demikian pula anak-anak dan orang tua dipindahkan ke tempat yang aman. Udara yang dingin memperparah kondisi warga.
Kantor desa sudah disiapkan sebagai tempat mengungsi, karena dikhawatirkan intensitas hujan terus meningkat. Kendati begitu, masih ada warga yang memilih bertahan di rumahnya.
Sunarsih, warga Desa Gedangsewu, termasuk yang tidak mau meninggalkan rumahnya karena khawatir akan keamanan harta bendanya. Dia mengatakan lebih tenang di rumah bersama keluarga, meski seluruh bagian rumah telah dipenuhi air. “Sambil berdoa agar airnya tak terus naik,” ujarnya.
Bupati Tulungagung Syahri Mulyo, yang datang melihat lokasi banjir Rabu pagi tadi, 3 Februari 2016, berjanji akan memulihkan perekonomian masyarakat terutama petani. Pemerintah akan memberi benih padi gratis kepada petani agar bisa bercocok tanam lagi. “Luas lahan sawah yang terendam masih kami data,” ucapnya.
Hingga Rabu pagi tadi, warga masih terlihat membersihkan perabotan mereka dari endapan lumpur. Meski telah surut, beberapa rumah masih tampak digenangi air. Demikian pula beberapa ruas jalan masih digenangi air yang bercampur lumpur. Meski demikian, aktivitas belajar dan mengajar tetap berlangsung, karena tak ada satu pun bangunan sekolah yang terendam banjir.
HARI TRI WASONO