Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

LSM Tak Diajak, Festival Iklim Malah Gandeng Pengusaha Hutan

image-gnews
Stand perusahaan APP dan APRIL yang ditutup banner Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia di Festival Iklim, JHCC, Jakarta yang berlangsung pada 1-4 Februari 2016. TEMPO/Untung Widyanto
Stand perusahaan APP dan APRIL yang ditutup banner Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia di Festival Iklim, JHCC, Jakarta yang berlangsung pada 1-4 Februari 2016. TEMPO/Untung Widyanto
Iklan

TEMPO.COJakarta - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Greenpeace Indonesia, dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat ternama tidak diundang untuk mengisi booth pameran di Festival Iklim yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 1-4 Februari 2016.

"Kami tidak diberikan fasilitas booth dalam acara tersebut, hanya diundang sebagai pembicara di acara seminar saja," kata Khalisah Khalid, aktivis Walhi, Selasa, 2 Februari 2016.
 
Greenpeace Indonesia juga tidak diundang untuk memamerkan aktivitasnya di Festival Iklim yang berlangsung di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta. 

Tak hanya itu, undangan untuk Greenpeace sebagai pembicara seminar belakangan dibatalkan tanpa alasan yang jelas. "Mungkin kami dianggap terlalu kritis," kata Muhammad Teguh Surya, Juru Kampanye Hutan, Greenpeace.

Direktorat Jenderal Pengendali Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Nur Masripatin membantah pihaknya menolak kehadiran Greenpeace dan Walhi. "KLHK tidak mem-black list siapa-siapa," katanya.

Dirjen Pengendali Perubahan Iklim, KLHK, memang menjadi pelaksana Festival Iklim yang bertema 'Di Bawah 2 Derajat, untuk Kesejahteraan Rakyat dan Generasi Mendatang’. Hajatan ini berisi pameran, seminar, diskusi interaktif, dan aneka lomba bagi generasi muda.

Acara ini dibuka Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, yang dihadiri Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya dan Stig Traavik, Duta Besar Kerajaan Norwegia untuk Indonesia, dan pimpinan UNDP Indonesia. 

Festival yang menghabiskan dana miliaran rupiah ini mengundang kementerian, lembaga, perguruan tinggi, dunia usaha, dan lembaga swadaya masyarakat. Dana itu berasal dari proyek REDD bantuan Kerajaan Norwegia. 

Peserta pameran tidak dipungut biaya sewa booth. Padahal biasanya sewa booth di JHCC harganya jutaan rupiah per meter persegi. "Baru dua minggu lalu kami diminta mengisi festival ini secara gratis," kata pengelola booth dari Center for International Forestry Research (CIFOR) dan World Resources Institute (WRI).

Ada 70 booth dalam acara ini. Sayangnya, tak ada booth yang diisi oleh Walhi, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Warsi, Perkumpulan Pikul, Solidaritas Perempuan, Forest Watch Indonesia, IESR, dan lembaga swadaya masyarakat lain yang selama ini vokal dan peduli menyuarakan isu perubahan iklim. 

Malahan terdapat dua booth untuk Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Tempo yang berkunjung menyaksikan booth itu didominasi materi dari perusahaan grup Asia Pulp and Paper (APP)/Sinar Mas milik taipan Eka Tjipta Wijaya dan grup APRIL milik taipan Sukanto Tanoto. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kabarnya, satu hari menjelang pembukaan Festival Iklim, logo kedua perusahaan itu muncul. Setelah diprotes salah seorang petinggi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, akhirnya diturunkan dan diganti dengan banner Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia.

Petinggi itu marah karena gugatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terhadap PT Bumi Mekar Hijau dalam kasus pembakaran di lahan konsesinya di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, dikalahkan Pengadilan Negeri Palembang. PT Bumi Hijau Mekar adalah pemasok bahan baku pulp bagi grup perusahaan Sinarmas. 

Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar mengatakan pihaknya mengundang semua pemangku kepentingan, yakni pemerintah, masyarakat sipil, korporasi, akademisi, dan lainnya, termasuk Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI).

Menurut Novrizal, keberadaan APHI penting karena memiliki kontribusi langsung terhadap perubahan iklim dan tata guna lahan. "Kontribusi emisi dari deforestasi dan perubahan tata guna lahan sangat besar," katanya. 

Khalisah Khalid menyayangkan tampilnya APHI (termasuk perusahaan APP dan APRIL) di Festival Iklim. Menurut dia, Festival Iklim 2016 ini mengulang tragedi Paviliun Indonesia pada saat COP 21 di Paris, 30 November sampai dengan 11 Desember 2015.

"Paviliun Indonesia justru didominasi korporasi pelaku pembakaran hutan dan lahan. Ini artinya, pemerintah memfasilitasi green washing," katanya. Green washing adalah pencitraan dengan menonjolkan upaya konservasi agar tuduhan kejahatan lingkungan pada perusahaan tersebut tidak muncul. 

Pemerintah seharusnya memberikan kesempatan besar kepada civil society untuk tampil. Pemerintah, kata Khalisah, harus memfasilitasi inisiatif-inisiatif masyarakat di akar rumput untuk melakukan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. "Karena mereka paling miskin, tak punya dana, dan paling rentan terkena dampak negatif perubahan iklim," katanya. 

DESTRIANITA KUSUMASTUTI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

1 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

1 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

1 hari lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

6 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

12 hari lalu

Seseorang memegang gambar aktivis iklim Greta Thunberg ketika para aktivis menandai dimulainya Pekan Iklim di New York selama demonstrasi yang menyerukan pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan menolak penggunaan bahan bakar fosil di New York City, New York, AS, 17 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.


Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

16 hari lalu

Ilustrasi hujan. REUTERS
Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.


Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

19 hari lalu

Billy Joe Armstrong dari Green Day tampil membawakan lagu
Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco


Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

24 hari lalu

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.


Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

31 hari lalu

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengecek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, Senin (18/3/2024), yang direncanakan menjadi lokasi upacara HUT Ke-79 RI pada 17 Agustus 2024. ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan RI.
Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.


13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

31 hari lalu

Australia dalam sepekan harus menyiapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona di resor ski. Foto: @thredboresort
13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

Studi hujan salju di masa depan mengungkap ladang ski dipaksa naik ke dataran lebih tinggi dan terpencil. Ekosistem pegunungan semakin terancam.