TEMPO.CO, Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, pembangunan infrastruktur transportasi Light Railway Transit (LRT) Kota Bandung koridor satu, kemungkinan besar akan dikerjakan oleh perusahaan Singapore Mass Rapid Transit (SMRT). Pasalnya dalam proses lelang, perusahaan bus dan kereta api asal Singapura ini menjadi calon pemenang tunggal.
"Soalnya tidak ada lawan," kata Ridwan Kamil di rumah dinasnya, Jalan Dalemkaum, Kota Bandung, Selasa 2 Februari 2016.
Alasan lainnya, SMRT memberikan penawaran yang cukup menggiurkan kepada Pemerintah Kota Bandung. Dengan nilai investasi sebesar US$ 260 juta, Pemkot Bandung bisa membayar dengan cara mencicil selama 20 tahun melalui sistem Public Private Partnership (PPP). "Teknologi yang ditawarkan lebih murah. Cicilan dari Pemkot bisa lebih murah," akunya.
Kepada Pemerintah Kota Bandung, SMRT menawarkan teknologi baru bernama Group Rapid Transit. LRT Jenis ini menggunakan magnet. Keuntungannya, kereta ini bisa bergerak lebih fleksibel di atas rel yang berbelok tajam hingga 90 derajat. "Keretanya pakai baterai, 6 tahun sekali ganti," ucapnya.
Karena terbilang murah, Ridwan Kamil memastikan tarif angkut LRT koridor satu dengan rute Babakan Siliwangi-Leuwipanjang ini bisa sangat terjangkau untuk masyarakat. Tarifnya diprediksi pada kisaran Rp. 6.000 hingga Rp. 8.000 sekali jalan. "Ada 12 stasiun. Deponya di Stasiun Leuwipanjang," jelasnya.
Ridwan Kamil berencana menyingkronkan LRT koridor satu tersebut dengan LRT koridor dua yang rencananya akan dibangun oleh konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) sebagai satu paket pengerjaan kereta cepat koridor Jakarta-Bandung. Dia berharap LRT koridor satu dan dua bisa selesai berbarengan.
"Saya menargetkan pengumaman pemenang lelang bulan Maret, kemudian kita bisa ground breaking. Ground breaking hanya nunggu izin trase dari Menteri Perhubungan," tuturnya.
PUTRA PRIMA PERDANA