TEMPO.CO, Malang - Penyebab kematian tenaga kerja wanita Indonesia di Cina belum diketahui. Namun suami dari TKW bernama Eka Suryani, 23 tahun, asal Dusun Mulyosari, RT 22 RW 08, Desa Mulyosari, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu curiga istrinya tewas dibunuh.
Perempuan beranak satu itu sudah bekerja di Hong Kong selama enam bulan. Namun ia dikabarkan meninggal di Cina pada Sabtu pagi waktu setempat atau sekitar pukul 08.30 WIB, 23 Januari 2016.
Kendati belum jelas penyebab kematian sang istri, Indra Teguh Wiyono, suaminya, mencurigai seorang karyawan pria di tempat sang istri bekerja. Ceritanya, Eka diajak majikannya berlibur tahun baru Imlek pada Desember 2015 ke Fujian, Cina. Namun ternyata Eka dipekerjakan di proyek pembangunan hotel milik si juragan.
Baca: Seorang Pekerja Asal Malang Meninggal di Cina
Eka tinggal sendirian di rumah lama milik majikannya. Perempuan kelahiran Malang, 7 Mei 1992, ini sering pulang malam. Dia sering merasa diikuti dan merasa cemas bila tiba-tiba sudah lebih dulu ada orang di rumah sebelum dia sampai.
“Sebelum meninggal, istri saya pernah cerita ada seorang pria yang mencurigakan. Umurnya kira-kira 40 tahun. Pria itu selalu memperhatikan apa saja yang dilakukan istri saya. Misalnya, makan pun dilihatin dan katanya dirayu-rayu juga. Istri saya sampai risih,” kata Indra kepada Tempo, Selasa pagi, 2 Februari 2016.
Indra sangat ingin aparat kepolisian setempat dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di sana untuk menyelidiki kemungkinan keterlibatan pria tersebut. “Saya ingin tahu, apakah sebelum istri saya tiba di rumah, pria itu sudah ada duluan di dalam rumah. Pokoknya, saya ingin penyebab kematian istri saya diketahui dan jenazahnya segera dipulangkan ke Malang,” kata Indra, 26 tahun.
Selain si pria, Indra menginginkan majikan istrinya diselidiki pula karena pernah menuduh Eka mencuri uang seorang warga setempat yang kehilangan duit. Majikannya menyita uang dolar Hong Kong yang dibawa Eka. Uang ini merupakan gaji yang ditabung Eka. Padahal duit warga Cina yang hilang bermata uang yuan.
Berdasarkan pengakuan Eka sendiri ditambah informasi dari beberapa rekannya di Hong Kong, Eka sering mengalami kekerasan di rumah majikannya. Kelakuan kasar terutama dilakukan majikan perempuan.
Kabar kematian Eka Suryani pertama kali diperoleh Tempo dari aktivis buruh migran di Hong Kong lewat percakapan jejaring sosial WhatsApp, 1 Februari 2016.
ABDI PURMONO