TEMPO.CO, Semarang - Pemerintah Jawa Tengah menggandeng sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) untuk menghidupkan kembali kawasan Kota Lama, Semarang, menjadi destinasi wisata. Langkah itu dilakukan karena pemerintah tak memiliki dana cukup untuk mengembalikan Kota Lama sebagai daerah tujuan wisata. ”Sudah dibicarakan dengan Menteri BUMN lewat BUMN peduli. Sudah tak absen (dimintakan) satu per satu kepada mereka,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat diskusi bertema "Tahun Infrastruktur Pariwisata 2016” di gedung Jiwasraya, Kota Lama, Semarang, Selasa, 2 Februari 2016.
Ganjar menuturkan, pihaknya sudah meminta agar BUMN yang mempunyai aset gedung tua di Kota Semarang agar memanfaatkan gedung. Dia meminta pihak BUMN membersihkan dan kemudian mengecat gedung dan aset yang berada di bawah pengawasan perusahaan pelat merah tersebut. ”Selain itu agar melaporkan kapasitas dan penggunaan gedung. Apakah untuk pengunaan optimalisasi sendiri atau disewakan,” ujarnya.
Ganjar sengaja memilih Kota Lama, Semarang, sebagai salah satu destinasi andalan wisata di Jawa Tengah karena memiliki potensi lebih dengan kawasan lain. Pada awal tahun, Januari lalu, pemerintah provinsi mendorong desain yang ada digarap, di antaranya mengelola kebersihan sungai, pendataan pedagang, dan sistem pengelola gedung dari para pemilik.
Dari program yang telah dilakukan itu, menurut Ganjar, terdapat respons dari BUMN sebagai pemilik aset. Di antaranya sikap salah satu bank yang langsung memberi laporan pelaksanaan pengelolaan aset gedung miliknya di Kota Lama.
Ganjar menilai pariwisata di Jawa Tengah saat ini menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat, meski saat ini pertumbuhan ekonomi menurun. Hal itu berdasarkan analisis kunjungan wisata di Jawa Tengah pada akhir 2015 yang menunjukkan di tengah ekonomi sulit justru pariwisata meningkat. “Orang yang sedih stres, lalu memilih berwisata, yang penting happy dan bahagia,” katanya.
Dengan pemikiran tersebut, menurut Gubernur Ganjar, pemerintah Jawa Tengah memberikan dukungan infrastruktur terhadap akses ke destinasi wisata dan sekaligus menjadi prioritas pembangunan pada tahun ini. Langkah itu untuk memberi kenyamanan.
Sri Lestari, salah satu pengelola BUMN bidang asuransi yang punya aset gedung di Kota Lama, menyatakan siap melakukan kerja sama dengan kebijakan pemerintah itu. Menurut dia, lembaganya punya gedung yang paling tua di Kota Lama yang banyak didatangi turis. “Kami punya ruang kosong di lantai tiga, sementara karyawan kami hanya 20 orang,” kata Sri Lestari di tempat yang sama.
Ia menyatakan membuka kesempatan bagi pegiat pariwisata untuk memanfaatkan ruang gedung yang kosong. Jaminan penggunaan ruang di gedung tua itu akan bermanfaat karena selama ini banyak turis datang meski gedungnya sebagai bangunan perkantoran. “Meski kantor, selama ini banyak turis masuk untuk berfoto,” ujarnya.
Sri mengatakan ingin meningkatkan gedung yang tak hanya untuk berfoto, tapi membuka kesempatan peluang publik agar lebih menyemarakkan wisata di Kota Lama.
EDI FAISOL