Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Negara Tak Boleh Diskriminatif Menangani Gafatar  

Editor

Zed abidien

image-gnews
Seorang polwan menggendong anak dari pengungsi eks Gafatar menuruni KRI Teluk Bone di Dermaga JICT II, Jakarta, 28 Januari 2016. TEMPO/Ahmad Faiz
Seorang polwan menggendong anak dari pengungsi eks Gafatar menuruni KRI Teluk Bone di Dermaga JICT II, Jakarta, 28 Januari 2016. TEMPO/Ahmad Faiz
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Siti Noor Laila meminta pemerintah cermat dan berhati-hati menangani persoalan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Komnas HAM menekankan tidak boleh ada diskriminasi dan kekerasan dalam menyelesaikan persoalan itu.

Siti mengatakan negara wajib melindungi masyarakat sipil yang terkait dengan persoalan Gafatar. Pertama negara harus melindungi masyarakat yang kehilangan keluarga karena terindikasi ikut Gafatar. Sebab, ada masyarakat yang melaporkan kehilangan anggota keluarganya. Kedua, negara harus melindungi anggota Gafatar yang membangun komunitas. Kalangan ketiga adalah kelompok masyarakat yang merasa terancam karena kedatangan anggota Gafatar.

“Tidak boleh ada kekerasan dan diskriminasi terhadap tiga kelompok itu,” kata Siti kepada Tempo setelah membuka pameran seni di Taman Budaya Yogyakarta, Ahad, 31 Januari 2016.

Menurut dia, setiap orang berhak memiliki keyakinan apa pun. Namun, tak boleh menggunakan kekerasan maupun intimidasi untuk memaksa orang punya keyakinan yang sama. Siti menyayangkan aparat negara terutama pemerintah daerah yang gagal mengantisipasi insiden pembakaran rumah pengikut Gafatar di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, pada 19 Januari lalu. Ia menyatakan pemerintah daerah lalai atau tidak awas. Ada ribuan pengikut Gafatar yang datang ke Kalimantan Barat. Namun, aparat pemerintah daerah, yakni kepala desa, camat, dan bupati tidak mengetahuinya.

Siti juga menyayangkan negara yang gagal mengawasi perpindahan penduduk besar-besaran dari berbagai daerah ke Kalimantan Barat. Setiap orang punya hak untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun, bila perpindahan itu menimbulkan persoalan sosial, negara hendaknya memberikan perhatian serius. Ini penting supaya persoalan sosial itu tidak semakin besar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Persoalan sosial yang muncul saat ini adalah masyarakat yang terindikasi sebagai pengikut Gafatar tak punya aset di tempat asalnya. Selain itu, ketika mereka kembali ke daerah asalnya ada kekhawatiran mereka tidak diterima oleh penduduk di daerah itu. “Negara kecolongan soal Gafatar ini,” kata Siti.

Dia menyatakan negara bertanggung jawab menyelesaikan persoalan ini dengan menjamin rasa aman bagi semua kalangan. Misalnya, tidak boleh ada pemaksaan ketika pemerintah memindahkan anggota Gafatar ke daerah asalnya. Selain itu, ketika mereka bersedia dipindahkan untuk pulang ke daerah asalnya, negara wajib memastikan mereka aman dan mendapat perlakuan yang adil. Anggota Gafatar juga tak boleh memaksakan keyakinannya kepada orang lain.

SHINTA MAHARANI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

14 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

20 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

22 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

27 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat


Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

30 hari lalu

Tradisi Selasa Wagen yang meliburkan para pedagang di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk bersih bersih kawasan kembali digelar Selasa (27/2). (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.


Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

35 hari lalu

Salah satu peserta saat mengikuti pembelajaran pawiyatan aksara Jawa di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.


Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

38 hari lalu

Lokasi Boulevard Kotabaru yang memanjang di tengah Jalan Suroto itu berada di kawasan heritage Kotabaru, Yogyakarta. Tempo/Pino Agustin Rudiana
Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

Kotabaru di masa silam merupakan permukiman premium Belanda yang dibangun Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VII sekitar 1877-1921.


Malioboro Lengang saat Pemilu, Sultan HB X Beri Pesan untuk Capres-Cawapres dan Pendukungnya

43 hari lalu

Kawasan Titik Nol Kilometer, ujung Jalan Malioboro Yogyakarta tampak lengang saat pelaksanaan Pemilu pada Rabu siang, 14 Februari 2024. (Tempo/Pribadi Wicaksono)
Malioboro Lengang saat Pemilu, Sultan HB X Beri Pesan untuk Capres-Cawapres dan Pendukungnya

Susana berbeda terlihat di kawasan wisata Kota Yogyakarta saat Pemilu. Kawasan yang biasanya ramai oleh wisatawan tampak lengang.


Wisatawan Perlu Tahu, Dua Kawasan di Kota Yogyakarta Ini Jadi Pusat Kampanye Terbuka

22 Januari 2024

Stadion Mandala Krida Yogyakarta (Dok. Pemda DIY)
Wisatawan Perlu Tahu, Dua Kawasan di Kota Yogyakarta Ini Jadi Pusat Kampanye Terbuka

Di Kota Yogyakarta, ada dua tempat yang disiapkan menjadi pusat kampanye terbuka, kemungkinan akan padat.


Yogyakarta Bidik Quality Tourism, Begini Tren Wisata 2024 Menurut Peneliti UGM

18 Januari 2024

Malioboro Yogyakarta menjadi satu area yang dilalui garis imajiner Sumbu Filosofis. (Dok. Pemkot Yogyakarta)
Yogyakarta Bidik Quality Tourism, Begini Tren Wisata 2024 Menurut Peneliti UGM

Selama kurun waktu 2023 jumlah kunjungan di Kota Yogyakarta lebih dari 7 juta wisatawan.