TEMPO.CO, Surabaya - Angka inflasi di Jawa Timur lebih tinggi dibanding rata-rata nasional pada Januari 2016. Angka inflasi di wilayah Jawa Timur mencapai 0,65 persen atau berada di atas rata-rata inflasi nasional yang hanya mencapai 0,51 persen.
Inflasi yang melejit diakibatkan kenaikan harga barang-barang jadi dan bahan makanan di Jawa Timur. “Januari lalu, masyarakat Jawa Timur menghadapi situasi di mana mereka membeli barang-barang lebih mahal dibanding di daerah lain di Indonesia,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur M. Sairi Hasbullah di kantornya, Senin, 1 Februari 2016.
Sairi menyebutkan penyumbang tertinggi inflasi Jawa Timur berasal dari kelompok bahan makanan sebesar 2,36 persen. Angka itu lebih besar dibanding angka pada kontribusi kelompok serupa di tingkat nasional, yakni 2,2 persen.
Lebih rinci, kontribusi inflasi per komoditas yang terbesar adalah jenis daging ayam ras, disusul bawang merah, tarif listrik, telur ayam ras, dan kentang. Selain itu, tingginya inflasi di Jawa Timur disumbang kelompok rokok kretek dan filter, tarif listrik, pasir, bawang putih, emas perhiasan, serta tomat dan sayur-mayur.
"Daging ayam ras dan telur ayam ras ini sangat sensitif di Jawa Timur. Beberapa waktu lalu, dua komoditas itu fluktuatif, harganya tidak terkendali,” katanya.
Kota Surabaya mengalami inflasi tertinggi, yakni sebesar 0,73 persen, sedangkan inflasi terendah dialami kota Probolinggo, yakni 0,42 persen, di antara daerah lain di Jawa Timur sepanjang Januari lalu. "Setelah Surabaya, daerah penyumbang terbesar adalah Kabupaten Banyuwangi, yang sebesar 0,67 persen," tuturnya.
Meski Surabaya mengalami inflasi tinggi, Sairi menyatakan, masih ada beberapa komoditas yang menahan laju inflasi. Di antaranya bahan bakar minyak, yang mampu menahan inflasi atau deflasi sebesar minus 3,12 persen. Juga angkutan udara, solar, dan telepon seluler.
ARTIKA RACHMI FARMITA