TEMPO.CO, Lamongan - Jumlah dukun bayi di Kabupaten Lamongan Jawa Timur tahun 2015 mencapai 70 orang, mengalami penyusutan tajam dari tahun 2011 yang mencapai 236 orang. Kehadiran bidan dan perawat di desa-desa menjadi faktor penyebab turunnya dukun bayi.
Pemerintah Kabupaten Lamongan menyebutkan, angka penurunan dukun bayi bisa terus berlangsung. Hal ini karena peningkatan pendidikan di 27 kecamatan dengan 474 desa/keluarahan di kabupaten ini.”Ya terus merosot,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Lamongan Fida Nuraida dalam keterangan tertulis, Jumat 29 Januari 2016.
Menurut Fida, pemerintah tetap berupaya mengajak dukun bayi bermitra dalam penanganan persalinan. Misalnya, dengan mengajak para dukun bayi ikut pelatihan merawat bayi, ikut bersama dengan dokter, perawat dan juga bidan di desa-desa.
Tujuannya, untuk menekan angka kematian bayi saat melahirkan. “Keberadaan mereka tentu penting,” ucap Fida.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Lamongan, jumlah bidan tahun 2015 sebanyak 610 orang. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 5,72 persen dari tahun 2014 sebanyak 577 orang.
Juru Bicara Pemerintah Lamongan Sugeng Widodo mengatakan, penyebab kematian bayi didominasi oleh BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) dan komplikasi Asfiksia (tidak bisa bernafas). “Penyebab utamanya itu,” katanya kepada Tempo Jumat 29 Januari 2016.
Tahun 2015, rasio kematian ibu di Lamongan sebanyak 75 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan rasio kematian bayi sebanyak 6,22 per 1.000 kelahiran bayi hidup. Angka itu sudah melebihi target keempat Millenium Develeopment Goal’s (MDGs) tahun 2015 yang sebesar 23 per 1.000 kelahiran bayi hidup. Rasio kematian ibu di Lamongan juga melampaui target MDGs tahun 2015 yang diharapkan bisa mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut Sugeng, Pemkab Lamongan telah berupaya untuk menurunkan rasio kematian ibu dan bayi melalui kelas ibu hamil, dan kelas gizi. Tujuannya agar masyarakat mengerti untuk menghindari BBLR.
SUJATMIKO