TEMPO.CO, Boyolali - Tim dari Pusat Pelayanan Terpadu Penanganan Korban Berbasis Gender dan Anak (PPT-PKBGA) Provinsi Jawa Tengah mengaku masih kesulitan mengorek kisah para perempuan pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang ditampung di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali.
“Mereka masih tertutup. Kami baru mencari cara untuk mendekat agar bisa diterima,” kata salah seorang petugas dari PPT-PKBGA Jawa Tengah, Tri Putranti Novitasari, pada Selasa, 26 Januari 2016. Tri mengatakan, sebagian perempuan itu baru bersedia menceritakan ihwal kesuksesan mereka selama hidup di Kalimantan Barat.
Salah satunya adalah ibu lima anak asal Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Selama sekitar empat bulan di Kalimantan Barat, Tri berujar, perempuan berumur sekitar 40 tahun itu bekerja sebagai penjual kue. “Sebelum bergabung dengan Gafatar, dia beserta suami dan lima anaknya tinggal di Depok, Jawa Barat,” ujar Tri.
Namun, Tri mengaku belum mengetahui kronologis perempuan itu bisa ikut hijrah atau eksodus organisasi Gafatar ke Kalimantan. “Dia berangkat ke Kalimantan bersama empat anaknya yang masih kecil (berumur 13 tahun, 9 tahun, 4 tahun, dan 1 tahun). Adapun anak sulungnya tinggal di Depok bersama ayahnya,” kata Tri.
Tri menambahkan, sebagian perempuan pengikut Gafatar di Asrama Haji Donohudan yang dia wawancarai langsung tutup mulut tiap ada anggota polisi atau TNI yang berseragam lengkap melintas di dekatnya. Dia menduga para pengikut Gafatar masih trauma karena takut dianggap sebagai anggota kelompok organisasi terlarang.
“Tapi mau bagaimana lagi, aparat berseragam itu juga sedang menunaikan tugas pengamanan,” kata Tri. Menurut Kepala Sub Bidang Pengarusutamaan Gender Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Jawa Tengah, Sri Dewi Indrajati, sebagian pengikut Gafatar di Asrama Haji Donohudan masih bingung ihwal masa depannya setelah dipulangkan dari Kalimantan.
“Mereka mengaku sudah terlanjur nyaman di sana (Kalimantan). Sekarang mereka tidak tahu akan kemana, bekerja sebagai apa,” kata Sri. Ihwal kondisi anak-anak pengikut Gafatar di Asrama Haji Donohudan, Koordinator Pendampingan Anak dan Perempuan Rentan dari Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Jauharotul Farida, mengatakan tidak ada masalah yang berarti. “Anak-anak tetap ceria dan kami terus berupaya agar mereka tidak jenuh selama tinggal di Asrama Haji Donohudan,” kata Jauharotul.
DINDA LEO LISTY