TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, hingga kini, tak ada penyaring khusus untuk memblokir situs ataupun akun media sosial berkonten radikalisme. Pasalnya, dari awal, pemerintah tak bisa mengidentifikasi ciri khas akun dan situs radikalisme tersebut.
"Kalau mau blokir kan pakai keyword, misalnya ‘bahrunnaim’. Tapi kalau dia pakai nama lain, ya lolos dia," ujarnya di kantor Wakil Presiden, Senin, 25 Januari 2016. Sedangkan konten pornografi dan perjudian gampang teridentifikasi karena ada ciri huruf tertentu pada akunnya. "Ini karena di negara lain, pornografi dan judi itu legal, sehingga mereka mudah dicari untuk promosi," tuturnya.
Terduga teroris Bahrunnaim kembali membuat blog baru dengan alamat murrahids.com setelah blog-blog miliknya diblokir Kementerian. Konten blog tersebut sama dengan blog sebelumnya.
Namun, ada satu perbedaan, Bahrun kali ini menampilkan data kartu kredit banyak orang. "Ya, untuk sekarang kita hanya bisa kejar-kejaran. Dia bikin, kita hapus," ucapnya.
Kementerian, kata Rudiantara, memiliki tim panel yang bertugas memantau konten negatif, menerima aduan masyarakat, dan berkoordinasi dengan aparat penegak hukum. "Nantinya situs atau akun negatif masuk ke tim. Apabila terbukti berkonten negatif, langsung diblokir," katanya.
Selain itu, Kementerian bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk bisa langsung memblokir situs berkonten negatif tanpa perlu alur birokrasi yang panjang.
TIKA PRIMANDARI