TEMPO.CO, Surabaya - Sebanyak dua pesawat dari maskapai Lion Air digunakan untuk mengangkut hampir 400 warga asal Jawa Timur yang terlibat dalam organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), Sabtu, 23 Januari 2016. Mereka yang sempat hijrah dan menetap di Kalimantan Barat itu dipulangkan kembali setelah mengalami penolakan oleh warga setempat.
Kedua pesawat itu bertolak dari Bandar Udara Supadio di Pontianak dan tiba di Juanda, Surabaya, pada Sabtu, 23 Januari 2016, sekitar pukul 4 pagi dari jadwal seharusnya pukul 1 alias delay selama tiga jam. Gelombang pertama sebanyak 186 orang dan 13 balita datang lebih dulu. Selang 30 menit kemudian, pesawat kedua menyusul dengan 187 orang dan 19 balita.
"Terlambat karena memang saat mau berangkat ada sedikit gangguan," ujar Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, mengungkap kisah di balik penjemputan yang dilakukannya di Bandara Internasional Juanda, Surabaya.
Menurut laporan yang diterimanya, Saifullah mengatakan, beberapa warga menolak dipulangkan. Mereka di antaranya berpura-pura tidur ataupun tidak mau beranjak, padahal pesawat telah dijadwalkan berangkat ke Surabaya. Petugas lalu terpaksa menggendong mereka.
"Informasi yang sampai ke saya seperti itu," ujar Gus Ipul—sapaan Saifullah. Dia menambahkan, "Saya juga kaget dengar ada kejadian itu."
Atas dasar itu, dia mengatakan, begitu tiba, ratusan warga tersebut segera dipindahkan ke dalam 15 bus yang sudah disiapkan. Hal itu dilakukan untuk mempercepat proses penjemputan dan mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan seperti yang terjadi saat pemberangkatan.
Selain dengan pesawat, pemulangan dilakukan dengan kapal perang. Tujuannya adalah beberapa daerah, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DIY, selain Jawa Timur.
EDWIN FAJERIAL