TEMPO.CO, Cirebon - Pemerintah Kabupaten Cirebon menyiapkan tempat penampungan untuk eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Majelis Ulama Indonesia pun akan memberikan pengarahan.
Kepala Badan Kesejahteraan Pembangunan dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Cirebon Ma’mun Effendi mengungkapkan hal itu setelah melakukan rapat koordinasi dengan instansi terkait.
“Kami akan siapkan tempat penampungan sementara,” kata Ma’mun, Jumat, 22 Januari 2015. Rapat koordinasi untuk menerima eks anggota Gafatar dihadiri beberapa isntansi, di antaranya MUI, FKUB, polres, kodim, kejaksaan, Dinas Sosial dan Transmigrasi, serta instansi terkait lainnya.
Saat ini, menurut Ma’mun, ada tiga lokasi pilihan yang bisa dijadikan penampungan eks anggota Gafatar. “Nanti akan dipilih satu dari tiga lokasi tersebut,” kata Ma’mun.
Eks anggota Gafatar akan ditampung di penampungan sementara sekitar tiga hari atau lebih. Saat di penampungan, eks anggota Gafatar akan mendapatkan pembinaan dari FKUB dan MUI. Termasuk meluruskan ajaran Gafatar dan menerangkan ajaran Islam yang sebenarnya. Semua akomodasi, termasuk kendaraan untuk menjemput mereka pun juga disiapkan oleh Dinas Sosial.
Ma’mun menambahkan, mereka pun akan berkoordinasi dengan camat, kepala desa, dan tokoh masyarakat di Kecamatan Beber, Astanajapura, dan Panguragan. Camat diharapkan bisa berkoordinasi untuk menerima kembali kedatangan eks anggota Gafatar di desa mereka. “Camat pun nantinya akan berkoordinasi dengan kuwu dan tokoh masyarakat,” kata Ma’mun. Termasuk jika ada anggota eks Gafatar yang saat ini tidak memiliki rumah tempat tinggal lagi.
Berdasarkan data yang dihimpun, sedikitnya ada 12 eks anggota Gafatar yang berasal dari Kabupaten Cirebon. Mereka merupakan tiga keluarga yang berasal dari Kecamatan Astanajapura, Panguragan, dan Beber. Rencananya, mereka akan tiba di pelabuhan di Semarang, Sabtu, 23 Januari 2016, atau Minggu, 24 Januari 2016.
Bupati Cirebon Sunjaya Purwadi mengatakan eks anggota Gafatar yang berasal dari Kabupaten Cirebon memang akan dilakukan pembinaan terlebih dahulu sebelum dikembalikan ke masyarakat.
“Saat masuk Gafatar tentu mereka sudah dicuci otak, otomatis untuk dikembalikan ke masyarakat pun mereka harus dicuci otak kembali supaya bisa kembali normal kembali ke ajaran Islam yang benar,” kata Sunjaya.
IVANSYAH