TEMPO.CO, Banjarmasin - Seorang bidan bernama Rooslyana Hermaria Situmorang, 37 tahun, yang berdinas di Puskesmas Hatungan, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, dinyatakan hilang oleh anggota keluarganya sejak 19 November 2015. Rooslyana diduga bergabung dengan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Orang tua Rooslyana, Obetnego Situmorang, mengatakan Rosliana meninggalkan seorang suami dan dua anak tanpa pamit. Selama ini Rooslyana tinggal di Jalan Pantai Batu, Desa Kembang Kuning, Kecamatan Hatungan.
“Sebelum pergi, dia cuma bilang ke adiknya, ‘tolong titip anak-anak, saya mau pergi jauh’. Adiknya menasehati, ‘kalau anak-anaknya masih butuh bimbingan’. Tapi dinasehati, malah Rooslyana menutup telepon langsung,” ujar Obetnego setelah melaporkan ke Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan, Sabtu, 23 Januari 2016.
Beberapa hari setelah kepergian Rooslyana, Obetnego meminta tolong pada anaknya yang seorang polisi untuk melacak keberadaan Rooslyana. Berdasarkan pelacakan sinyal telepon, keluarga bisa mendeteksi keberadaan Rooslyana di Desa Sedati Agung, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Pada 25 November, Obet meluncur ke lokasi sinyal tertangkap. “Namun kami telat, karena dia sudah keburu kabur. Kata orang di sekitaran sana, memang pernah melihat sosok Rooslyana,” ujar Obet.
Obet hakulyakin Rooslyana ikut Gafatar karena anaknya pernah bercerita ihwal aksi sosial ormas Gafatar pada Agustus 2015. Karena telah berstatus bidan pegawai negeri sipil, Obet meminta Rooslyana mengabaikan aktivitas Gafatar itu. Obet berharap anaknya lebih serius mengabdi di puskesmas ketimbang meladeni ormas Gafatar.
“Apalagi setelah media ramai memberitakan kasus orang hilang ikut Gafatar. Ada yang bilang anak saya ada di Kalimantan Barat, tapi mulai hilang ingatan. Saya besok mau ke sana, menjemput anak saya,” kata Obet sambil mengeluh pinggangnya sakit. Dengan menjemput ke Kalimantan Barat, ia berharap bisa meyakinkan Rooslyana agar berkenan kembali ke pangkuan keluarga.
Suami Rooslyana, Simon Franklin Panjaitan, mengatakan istrinya diangkat menjadi PNS pada 2012. Sebelumnya, Rooslyana mengabdi sebagai pegawai tidak tetap (PTT) di Puskesmas Hatungan. Selama Rooslyana pergi, Simon mengaku kedua anaknya malas bersekolah dan belajar. “Saya harap istri segera pulang. Saya kerja di Tarakan, jadi enggak tahu kepergian istri,” ucapnya.
DIANANTA P. SUMEDI