TEMPO.CO, Pontianak - Nurul tak pernah menyangka anak gadisnya, Faradina Ilma, bakal menghilang. Anak pertama dari tiga bersaudara ini diketahui menghilang dari rumah kosnya di Surabaya, sejak sebulan yang lalu.
Nurul menduga Ilma, pegawai negeri sipil di Pemerintah Provinsi Jawa Timur, berada di Pontianak sejak tiga hari belakangan ini. Dugaannya itu berangkat dari sejumlah informasi yang dikumpulkan dari teman kos Ilma di Surabaya.
“Saya awalnya tahu dari teman kosnya. Anak saya ikut kegiatan sosial di luar kota,” ujar Nurul di kamp Bekangdam XII Tanjungpura, Jumat, 22 Januari 2016. Nurul berharap Ilma segera ditemukan di antara warga eks Gafatar yang dievakuasi.
Baca juga: HEBOH GAFATAR, 3 Ajaran Inilah yang Dianggap Menyimpang
Ilma, 25 tahun, sudah terdeteksi mengikuti Gafatar saat duduk di semester akhir perkuliahan di Universitas Diponegoro, Semarang. Aktivitas sosial yang diikutinya bersama komunitas tersebut, nyaris menyebabkan skripsinya terbengkalai.
Nurul pun turun tangan dan Ilma berhasil menyelesaikan kuliahnya. Ilma kemudian lulus dengan nilai memuaskan. Berbekal dengan gelar pascasarjananya tersebut, Ilma mengikuti tes penerimaan calon pegawai negeri sipil Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Setelah lolos dari ujian masuk tersebut, Ilma mulai bekerja dan menetap di Surabaya. “Tapi ternyata di kota ini, aktivitasnya di Gafatar kembali berlanjut,” kata Nurul.
Puncaknya, Ilma sejak sebulan terakhir menghilang dari rumah kos. Barang-barang berharga tak tampak dari tempat Ilma tinggal. Tak ada jejak yang ditinggalkan Ilma, kecuali secuil informasi kedekatannya dengan seorang pria bernama Eko.
Belakangan diketahui Eko yang berasal dari Jember itu adalah salah satu dari jemaah Al-Qiyadah al-Islamiyah yang disyahadatkan kembali oleh MUI Jawa Timur. “Saya harap bisa bertemu anak saya di Kalimantan. Saya pikir, hijrah anggota seluruh anggota Gafatar di pusatkan di Kalbar,” katanya.
ASEANTY PAHLEVI