TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Riset Saiful Mujani Research and Consulting menyatakan segelintir warga Indonesia tak menganggap Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sebagai ancaman. Mereka bahkan menganggap ISIS boleh berada di Indonesia.
"Walaupun sebanyak 89 persen menganggapnya sebagai ancaman, masih ada 4,4 persen masyarakat yang tak menganggap ISIS sebagai ancaman," kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan di Jakarta, Jumat, 22 Januari 2016.
Djayadi berujar, temuan itu berdasarkan survei terhadap 1.220 responden berusia di atas 17 tahun dan memiliki hak pilih pada 10-20 Desember 2016. Sigi melalui wawancara tatap muka tersebut juga menemukan 0,3 persen responden membolehkan ISIS berada di Indonesia.
Selain itu, hasil sigi SMRC ini memperlihatkan 0,8 persen responden sepakat dengan upaya organisasi pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi tersebut. Djayadi memperkirakan kelompok ini yang kemungkinan didekati terus oleh ISIS. Namun SMRC mengaku tak memiliki data mengapa mereka memilih bersimpati kepada ISIS.
Secara umum, SMRC menyatakan mayoritas atau 95 persen masyarakat Indonesia menolak keberadaan ISIS. Mereka menganggap ISIS merupakan ancaman bagi semua agama di Indonesia.
Berdasarkan jenis kelamin, kaum perempuan lebih merasa terancam oleh keberadaan ISIS. Namun ketakutan terhadap ISIS berbanding terbalik dengan usia: makin tua, kekhawatiran terhadap ISIS makin rendah.
Djayadi menjelaskan, jika dilihat dari lokasinya, masyarakat pedesaan tak terlalu merasa terancam oleh ISIS daripada warga kota. "Itulah kenapa teroris banyak bersembunyi di desa."
FAIZ NASHRILLAH