TEMPO.CO, Pontianak - Sebanyak 375 warga eks Gafatar diberangkatkan ke Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, Jawa Tengah. Mereka menggunakan KRI Teluk Gilimanuk. ”Pengembalian warga ini melalui pendataan terlebih dahulu agar tidak ada keluarga yang terpisah-pisah,” ujar Panglima Komando Militer Mayor Jenderal TNI Agung Risdhianto saat ditemui, Jumat, 22 Januari 2016.
Dia menjelaskan proses pengembalian warga eks Gafatar dilakukan oleh kapal TNI secara bertahap. Untuk pemulangan pada Jumat ini, diutamakan bagi eks Gafatar dari Mempawah, dengan tujuan Semarang.
Kamp Perbekalan dan Angkutan Kodam XII Tanjungpura juga ditetapkan sebagai kamp utama bagi warga eks Gafatar yang dievakuasi. Pemusatan kamp tersebut dimaksudkan pula untuk memudahkan pendataan sehingga tidak terpisah-pisah. ”Semua yang dievakuasi akan ditempatkan di sini. Lokasinya masih memungkinkan. Sebab, ketika ada gelombang pemulangan dari kabupaten lain, mereka bisa didorong masuk ke kamp,” jelasnya.
Data terbaru yang diterima Kodam XII Tanjungpura, di Kalimantan Barat terdapat 3.121 jiwa warga eks Gafatar yang tersebar di beberapa kabupaten. TNI AL mengerahkan dua kapal perang lainnya, yakni KRI Teluk Banten dan KRI Teluk Bone, untuk mengevakuasi warga. Namun tidak akan ada pengawalan kapal patroli yang lebih kecil dalam evakuasi warga ke daerah asalnya. “Kan sudah pakai kapal perang,” ucapnya.
KRI Teluk Gilimanuk dilengkapi tenda-tenda untuk tempat tidur warga eks Gafatar. Laki-laki dewasa menempati tenda yang diletakkan di geladak kapal. Sedangkan untuk anak-anak, ibu hamil, perempuan, dan orang tua ditempatkan di dalam kapal.
Suasana kamp Bekang Kodam XII Tanjungpura pun masih hiruk pikuk dengan warga eks Gafatar yang bersiap-siap hendak dipulangkan, serta warga yang tengah berkemas-kemas barang untuk menempati tenda-tenda yang dipasang oleh Dinas Sosial, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, serta Tim Tanggap Bencana Kalimantan Barat.
”Kami tidak sedih. Kami memaafkan hal yang mereka lakukan kepada kami. Biar itu urusan Tuhan dan mereka. Lihat saja, tidak ada yang sedih, kan? Hidup itu begitu, dilalui saja,” kata Harto, 42, warga Malang. Bapak empat anak ini menggendong anak yang tengah menonton anak-anak lain bermain kejar-kejaran. Harto sebenarnya tidak ingin pulang ke daerah asalnya. Namun warga eks Gafatar ini agaknya tidak punya pilihan lain.
ASEANTY PAHLEVI