TEMPO.CO, Bandung - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Haryadi Wargadibrata mengatakan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan telah menetapkan status siaga bencana banjir dan longsor di wilayahnya. “Ditetapkan dalam surat keputusan gubernur. Masing-masing kabupaten/kota supaya menindaklanjutinya,” katanya di Bandung, Kamis, 21 Januari 2016.
Haryadi mengatakan surat keputusan gubernur itu menetapkan status siaga banjir dan longsor di Jawa Barat mulai 4 Januari 2016 hingga 4 April 2016. “Tidak hanya siaga, tapi juga harus mampu mencegah,” katanya.
Menurut Haryadi, ada 15 daerah di Jawa Barat yang berpotensi menghadapi bencana banjir dan longsor. Ancaman longsor, misalnya, mayoritas berada di wilayah Jawa Barat bagian tengah dan selatan, sedangkan ancaman banjir berada di wilayah Pantura. Masing-masing daerah itu diklaimnya sudah mengetahui titik-titik rawannya.
Haryadi mengatakan sejumlah persiapan sudah dilakukan mengantisipasi bencana alam. Salah satunya persediaan logistik bahan makanan siap saji. “Kami ingin logistik dilihat langsung dan dihitung yang ada di kabupaten/kota, ditambah bantuan dari BNPB. Akhir Februari kami dorong untuk dilengkapi lagi,” katanya. Sejumlah daerah juga menerima bantuan kendaraan, perahu, serta peralatan rescue dari BNPB.
Menurut Haryadi, sejumlah daerah rawan sudah dipasangi alat bantu pemantau longsor. Alat tersebut berasal dari bantuan BPPT, LIPI, hingga bantuan Jepang. Peralatan itu langsung diserahkan pada masing-masing kabupaten/kota. “Kami menunjuk lokasinya, diperiksa, dipasang. Kabupaten/kota harus memelihara itu,” katanya.
Haryadi mengatakan informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan wilayah Jawa Barat sudah memasuki musim hujan. “Curah hujan tinggi, tapi tidak konsisten. Hujan hari ini, besok lusa kering lagi. Dengan kondisi seperti ini, kabupaten/kota harus hati-hati,” katanya.
Sejumlah bencana alam sudah terjadi sejak awal Januari ini di Jawa Barat. Sepekan terakhir, misalnya, Kuningan mengalami bencana longsor dan angin puting beliung; enam peristiwa di Cianjur, yakni longsor serta banjir bandang; satu lokasi di Kabupaten Bandung mengalami longsor; serta Garut mengalami empat kali kejadian longsor. Sedikitnya tercatat satu korban tewas di Kabupaten Bandung akibat longsor.
Kepala Dinas Bina Marga Jawa Barat Guntoro mengatakan sudah menyiagakan satu set alat berat di masing-masing balai pemeliharaan jalan di wilayahnya. Petugasnya juga diminta piket berjaga menangani bencana alam di jalan raya. “Ada loader, grader, crane truck, dump truck, dan chainshaw untuk daerah rawan tumbang. Termasuk pekerjanya standby disiagakan, piket,” katanya di Bandung, Kamis, 21 Januari 2016.
Guntoro mengatakan sejumlah ruas jalan di Jawa Barat berpotensi rawan longsor. Beberapa ruas jalan itu di antaranya di Sindangbarang-Sukanagara, Selajambe-Cianjur, Sukabumi-Sagaranten, Pangalengan-Rancabuaya-Cidaun, Sumedang-Cagak, Wado-Garut, Bungbulang-Pameungpeuk, Cipatujah-Tasikmalaya, serta sepanjang Gentong-Malangbong, juga daerah perbatasan dengan Jawa Tengah ruas Majalengka-Gresik.
Menurut Guntoro, sepekan ini sudah terjadi longsor di sejumlah ruas jalan di Jawa Barat. Area yang terkena longsor di antaranya Pangalengan, Rancabuaya Garut, serta di Cagak Sumedang. “Di Cagak Sumedang longsor yang terjadi hampir nempel di badan perkerasan jalan. Panjang longsornya hampir 20 meter. Kita piketkan orang di sana,” ujarnya.
Prakirawan BMKG Stasiun Kelas 1 Bandung, Neneng Sugianti, mengatakan prakiraan terbaru mendapati puncak hujan di daerah Bandung dan sekitarnya tidak bergeser seperti yang terjadi di daerah lain akibat fenomena El Nino. “Daerah yang terdampak ada pergeseran, tapi untuk wilayah Bandung itu, El Nino tidak terlalu berpengaruh,” katanya saat dihubungi Tempo, Kamis, 21 Januari 2016.
Neneng mengatakan wilayah Bandung dan sekitarnya sudah memasuki musim hujan sejak November lalu. Intensitas hujan tinggi diperkirakan terjadi pada bulan Januari hingga Februari, dan puncaknya terjadi Maret. “Bandung tidak terlalu berpengaruh El Nino karena faktor dominan yang mempengaruhi terjadinya musim akibat faktor lokal, selain faktor global dan regional,” katanya.
Kendati demikian, wilayah Bandung dan sekitarnya diminta berhati-hati menghadapi kemungkinan terjadinya angin kencang yang merupakan fenomena cuaca lokal. “Daerah terdampaknya lima sampai sepuluh kilometer, waktunya singkat. Potensinya ada, tapi tidak bisa diprediksi waktunya,” kata Neneng.
Neneng mencontohkan, potensi angin kencang masih ada untuk dua hari ke depan dengan kecepatan 15 kilometer per jam, sedangkan kecepatan angin saat hujan normalnya di bawah 10 kilometer per jam. “Pengendara kendaraan roda dua, terutama saat melewati jalan layang, harus agak waspada,” ujarnya.
Wilayah Bandung dan sekitarnya juga berpotensi mengalami banjir dan longsor. Longsor, misalnya, berkaitan dengan topografi daerahnya yang miring, sedangkan potensi bencana banjir berada di wilayah Bandung Selatan. “Curah hujan tinggi itu hanya pemicunya, tergantung tutupan lahannya seperti apa. Kalau kebetulan daerahnya miring tapi vegetasinya bagus, kecil kemungkinannya. Biasanya yang tutupan vegetasinya kurang yang berpotensi,” kata Neneng.
AHMAD FIKRI