TEMPO.CO, Kupang - Sekitar 200 siswa dari dua sekolah dasar di Desa Egon Gahar yang berada kaki Gunung Egon, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, terpaksa dititipkan di sekolah yang dekat dengan tempat pengungsian setelah Gunung Egon dinaikkan statusnya dari waspada ke siaga.
"Kami minta ke camat agar siswa di dua sekolah itu tetap bersekolah dititipkan di sekolah dekat tempat pengungsian," kata Wakil Bupati Sikka, Paolus Nong Susar, kepada Tempo, Kamis, 21 Januari 2016.
Menurut Paolus, sekitar 200-an siswa SD Lere dan Baokrenget di Desa Egon Gahar turut diungsikan bersama orang tua mereka ke tempat pengungsian, setelah Gunung Egon menyemburkan gas beracun ke permukiman warga di desa itu. Agar para siswa tetap bisa melanjutkan studi, pihaknya telah meminta Camat Mapitara untuk berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga agar siswa tetap bersekolah di tempat pengungsian.
Ratusan siswa itu, kata Paolus, dititipkan di dua sekolah di dekat tempat pengungsian, yakni SD Negeri Galit dan SD Katolik Natakoli. "Mereka bersekolah pada sore hari setelah jam belajar siswa sekolah tersebut," ujarnya.
Kepala Pos Pemantau Gunung Egon Yoseph Surianto mengatakan Gunung Egon mulai mengembuskan asap beracun dengan aktivitas kegempaan sehari mencapai sepuluh kali. Dengan demikian, warga di desa terdampak harus segera diungsikan.
Walaupun terus menunjukkan peningkatan status, pihaknya belum bisa memastikan Gunung Egon akan meletus atau tidak. "Belum ada tanda-tanda meletus. Namun kita lihat saja perkembangannya," ujar Yoseph.
Gunung Egon yang terletak di Pulau Flores memiliki 1.703 meter di atas permukaan laut. Egon kembali aktif pada 2006 setelah vakum selama 75 tahun. Egon pernah meletus dahsyat pada 1925.
Egon kembali meletus pada 28 Januari 2004 hingga Agustus-September 2004. Pada 15 April 2008, gunung kembali meletus dengan indeks eksplosivitas (VEI) 2 dan ketinggian kolom letusan 5.700 meter.
YOHANES SEO