TEMPO.CO, Bandung - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Rosmaya Hadi mengatakan peredaran uang palsu di Jawa Barat sepanjang 2015 tercatat lebih dari 6.600 lembar. Mayoritas uang palsu itu sumber peredarannya berasal dari luar wilayahnya. “Disebutnya peniruan uang. Banyaknya pecahan besar Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu,” kata Rosmaya.
Rosmaya mengatakan kasus peredaran uang palsu itu yang terbanyak di Indramayu, yakni berkisar 500 lembar. “Ini juga masih harus didalami datanya karena disebarnya itu ada di tukang rokok, di makam ngasih anak-anak pakai uang palsu. Ini semua sudah ditangani kepolisian,” kata dia selepas bertemu Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Bandung, Rabu, 19 Januari 2016.
Bank Indonesia juga mencatat transaksi keuangan sepanjang 2015 di Jawa Barat didominasi arus duit masuk. “Inflow Rp 25,03 triliun, outflow Rp 15,23 triliun. Net inflow-nya Rp 9,8 triliun,” katanya.
Rosmaya membenarkan dengan kondisi itu lebih banyak uang yang mengendap di perbankan. “Jawa Barat itu selalu net inflow, sebab lebih banyak aliran dana inflow dibandingkan dengan outflow,” katanya.
Menurut Rosmaya, Bank Indonesia menginginkan proporsi transaksi di masyarakat lebih banyak menggunakan nontunai. “Bukan untuk menghilangkan cash, tapi berimbang. Supaya ada transparansi pergerakan dana itu, pencatatan transaksi bisa terlihat dengan baik,” katanya.
Rosmaya mengatakan target umum Bank Indonesia menginginkan proporsi transaksi nontunai itu 2,5 persen dari (produk domestik bruto/GDP). “Real Jawa Barat saat ini baru 20 persenan (transaksi nontunainya),” katanya.
Dalam pertemuan dengan Gubernur Ahmad Heryawan tersebut membahas sejumlah hal. Di antaranya soal rencana kunjungan Putri Astrid, istri Raja Belgia, pada Maret nanti yang akan mampir di Jawa Barat, hingga penguatan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Penguatan TPID, misalnya, tahun ini akan menambah daftar harga komoditas yang dipantau tidak sebatas harga di konsumen tapi juga di tingkat produsen. “Supaya bisa terlihat disparitas harganya. Begitu ada kenaikan di persen tertentu kita bisa secepatnya melaksanakan call-for meeting untuk melakukan sesuatu,” kata Rosmaya.
Aher mengatakan soal koordinasi pengendalian inflasi dimintanya agar tidak menekan kegiatan ekonomi. “Sebab inflasi bisa ditekan dengan suku bunga tinggi, berhasil. Tapi kalau suku bunga tinggi, gak ada kegiatan ekonomi, mandek,” katanya selepas pertemuan itu, Rabu, 19 Januari 2016.
Aher, sapaan Ahmad Heryawan, menginginkan inflasi yang terjadi mencerminkan denyut perekonomian. “Kita ingin mendorong inflasi rendah, dengan dorongan pertumbuhan dan kegiatan ekonomi lebih intensif,” katanya. Salah satunya dengan mendorong sektor riil.
AHMAD FIKRI