TEMPO.CO, Lumajang - Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Lumajang Jawa Timur, Muflich Farid mengatakan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sempat berupaya masuk daerah di pesisir selatan Jawa Timur itu. "Sata pernah didatangi dua orang dari Surabaya yang mengaku Gafatar," kata Farid, Jumat, 15 Januari 2016.
Farid mengatakan dua orang itu datang sekitar dua tahun yang lalu dan panjang lebar bercerita tentang Gafatar. Mereka berniat mendirikan kepengurusan di Lumajang. Namun karena saat itu masih awam dengan Gafatar, Farid tidak terlalu merespons tamunya. "Dua orang itu kemudian pergi dan bilang mau melanjutkan ke Banyuwangi."
Farid mengingat kembali tamunya tersebut setelah Gafatar ramai menjadi pembicaraan. Namun ia yakin tidak ada kepengurusan Gafatar di Lumajang. Farid berujar akan berkonsolidasi dengan ulama Lumajang untuk menangkal gerakan tersebut. "Gafatar organisasi terlarang, kami akan membuat rekomendasi pada bupati."
Gafatar ramai diperbincangkan setelah kasus hilangnya dokter Rica Tri Handayani di Yogyakarta pada 30 Desember 2015 lalu. Ia kemudian ditemukan polisi di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah dan dibawa kembali ke Yogyakarta pada Senin, 11 Januari 2015. Polisi menduga Rica direkrut sebagai anggota Gafatar. Setelah kasus Rica, ada 11 laporan dengan total 31 orang hilang di Yogyakarta.
Kasus orang hilang juga terungkap di berbagai daerah lain. Salah seorang mahasiswa Surabaya yang meninggalkan rumahnya memberi kabar kepada keluarganya bahwa ia bergabung dengan Gafatar.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan inti ajaran Gafatar hendak menyatukan agama-agama Ibrahimiyah, yakni Islam, Yahudi dan Kristen. Menurut dia, organisasi ini ilegal karena tidak terdaftar di Kementerian Dalam Negeri serta Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
DAVID PRIYASIDHARTA