TEMPO.CO, Lumajang - Ketua Protection Forest and Fauna (Profauna) Indonesia Rosek Nursahid mengatakan perburuan lutung Jawa (Trachypithecus auratus) di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, marak terjadi dalam setahun terakhir. "Selama setahun, sedikitnya 50 ekor mati diburu," ucapnya, Jumat pagi, 15 Januari 2016.
Menurut Rosek, perburuan lutung Jawa gencar dilakukan untuk dikonsumsi. Hal itu, ujar dia, diketahui berdasarkan studi Profauna di lapangan. "Daging lutung dipercaya bisa mengobati asma, walaupun tidak ada bukti secara ilmiah."
Selain untuk obat asma, tutur dia, daging lutung acap dipakai sebagai camilan pendamping minuman keras. Menurut pengakuan seorang peminum, kata Rosek, daging lutung bisa meningkatkan sensasi mabuk.
Maraknya perburuan lutung Jawa, ucap dia, menyebabkan jumlah salah satu satwa yang dilindungi itu kian menyusut. Selain karena diburu, menyusutnya populasi Lutung Jawa lantaran tingginya kegiatan perambahan hutan. "Padahal populasi hewan ini bergantung pada hutan yang ada di Jawa," ujarnya.
Sebelumnya, Profauna melaporkan aksi pembantaian lutung Jawa oleh warga Lumajang. Foto pembantaian itu diunggah di situs jejaring sosial Facebook baru-baru ini. Profauna mengaku telah melaporkan aksi pembantaian hewan ini kepada pihak Balai Konservasi Sumber Daya Manusia (BKSDA) dan kepolisian.
Menurut Rosek, awalnya, Profauna mengetahui pembantaian lutung Jawa dari foto yang diunggah di Facebook. Dalam foto tersebut, ada lebih dari tiga lutung Jawa yang sudah mati dipikul dengan kayu. Gambar tersebut juga menunjukkan bagaimana lutung itu dikuliti.
Menurut Rosek, pihaknya kemudian terjun ke lapangan setelah berkoordinasi dengan BKSDA dan kepolisian. Dan ternyata ada dugaan bahwa pembantaian lutung Jawa ini terjadi di Desa Sidomulyo, Kecamatan, Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
DAVID PRIYASIDHARTA