TEMPO.CO, Cirebon - Seorang warga Kabupaten Indramayu tewas pada insiden pengeboman di Jalan Thamrin, Jakarta Kamis 14 Januari 2016. Belum diketahui apakah ia hanya korban atau pelaku saat terjadi pengeboman.
Warga yang tewas itu bernama Ahmad Muhazan. Ia beralamat di Blok Desa RT 04 RW 01 Desa Kedungwungu, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu.
“Benar, itu warga saya. Secara fisik pun sangat mirip,” kata Kepala Desa Kedungwungu, Ahmad Fuadi, Jumat 15 Januari 2016. Berdasarkan data kependudukan yang ada, Ahmad Muhazan lahir pada 5 Juni 1990. Oleh keluarga dan teman-teman dekatnya ia dipanggil dengan nama Azan.
Azan merupakan putra ketiga dari lima bersaudara pasangan Syahroni, 55, dan Maemunah, 52. Azan bersekolah di Mi Asy-Syafiiah dan melanjutkan ke MTS Negeri Krangkeng, Kabupaten Indramayu.
Setelah lulus, Azan kemudian melanjutkan pendidikannya ke pondok pesantren Miftahul Huda, Bungur, Kabupaten Subang. “Dia sudah merantau ke Jakarta lebih dari lima tahun lalu,” kata Fuadi. Fuadi pun mengaku jika Azan jarang pulang ke kampung halamannya. Kalau pun pulang, ia tidak pernah bergaul dengan tetangga dan terkenal sangat pendiam.
Fuadi pun mengaku sangat terkejut mengetahui ada salah satu warganya yang meninggal dalam peristiwa pengeboman di Jakarta. “Polisi semalam juga sudah ke sini,” kata Fuadi. Mereka terutama menanyakan identitas dan keluarga Azan. Namun Fuadi mengaku tidak tahu apakah Azan merupakan korban sipil atau pelaku dari pengeboman di Jakarta itu.
Miftah Haririni, teman dekat Ahmad Muhazan, menjelaskan jika Azan bekerja sebagai karyawan usaha penjualan ban vulkanisir milik kakak iparnya, Syamsudin, di Klender, Jakarta Timur.
Setelah menikah dengan seorang warga Magelang, Putri, pada 2012 lalu, Azan kemudian berjualan kebab Turki di daerah Cikampek. "Saat lihat foto (korban), saya yakin itu Azan," kata Miftah, yang pernah tinggal satu kontrakan dengan Ahmah Muhazan di daerah Klender, Jakarta Timur pada 2011 - 2012.
Sementara itu Maemunah, 52, ibu Azan, mengaku sangat kaget anaknya ikut tewas dalam peristwa pengeboman dan terror di Jakarta. “Saya sampai pingsan semalam,” katanya.
Bagi Maemunah, Azan adalah anak yang baik. Selama merantau, Maemunah mengaku Azan beberapa kali pulang. Terakhir pulang sekitar sebulan lalu saat sang ayah sakit akibat stoke. “Kalau sedang pulang Azan memang tidak suka bercerita apa-apa, anaknya memang pendiam,” kata Maemunah.
IVANSYAH