TEMPO.CO, Kalabahi - Ratusan warga berkumpul di depan RSUD Alor, Nusa Tenggara Timur, tempat dilaksanakannya kegiatan bakti sosial pengobatan gratis oleh Panitia Natal Nasional 2015. Di antara mereka harus ada yang rela pulang karena tak kebagian nomor pendaftaran untuk berobat.
Salah satunya Anastasia, 47 tahun. Ibu yang tinggal di kawasan gunung ini kembali tak kebagian nomor pendaftaran. "Kemarin sudah ke sini, tapi tak kebagian juga," katanya, Rabu, 13 Januari 2016.
Kesempatan adanya pemeriksaan mata dan pengobatan gratis itu dimanfaatkan Anastasia. Dia datang sejak pukul 05.30 WITA. "Pandangan saya kabur. Saya tak tahu ini katarak atau bukan," ujarnya. Ia tidak sendiri, ada ratusan penderita sakit mata yang ikut berjubel mengantre untuk memperoleh pengobatan.
Wajar bila antusiasme warga begitu besar. Sebab, selama ini tidak ada dokter mata di Alor. "Di sini soalnya tak ada dokter mata. Mumpung ada, saya ke sini," ujar Mariana, 50 tahun, pasien sakit mata lainnya.
Tidak adanya dokter mata di Alor membuat warga menderita. Pasalnya, selama ini, untuk bisa memperoleh pengobatan mereka harus ke Kupang, Ibu Kota Nusa Tenggara Timur. Jarak Alor ke Kupang tidak dekat, butuh 12 jam perjalanan dengan kapal feri atau 5 jam perjalanan menggunakan kapal cepat. Biayanya tentu tidak murah.
Kondisi belum adanya dokter mata di daerah Nusa Tenggara Timur diakui oleh Bupati Alor Amon Djobo. Dia mengatakan dokter spesialis mata tak tersedia, bahkan di RSUD. Karena itu, warga yang sangat memerlukan pengobatan mata harus menyeberang ke Kupang.
Kesulitan akses ini pula yang menurut dia membuat penderita penyakit mata seperti katarak tak segera tertangani. Jadi makin banyak warga yang bermasalah matanya. "Karena itu, saat ada pengobatan gratis, pasien jadi membludak," katanya.
Dia berharap pemerintah pusat bisa membantu kebutuhan daerahnya akan dokter mata. "Kami harap ada dokter mata untuk kami," ujarnya. Nusa Tenggara Timur juga membutuhkan berbagai macam fasilitas terkait dengan pengobatan mata.
Dalam dua hari bakti sosial ini, disediakan kuota 1.500 untuk pengobatan mata berupa pembagian kacamata dan katarak. Namun warga yang datang mencapai 3.000 orang. Penyelenggara pun menambah kuota pengobatan menjadi 2.000 orang.
NINIS CHAIRUNNISA