TEMPO.CO, Boyolali - Ratusan petani di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mengeluhkan rusaknya sawah mereka akibat pembangunan Jalan Tol Solo - Kertosono (Soker). Sebab, pembangunan tol sepanjang sekitar 18 kilometer di wilayah Boyolali itu merusak saluran irigasi. Dampaknya, seratusan hektare sawah terus terendam banjir selama musim hujan.
“Kerusakan saluran irigasi paling banyak terjadi di Desa Dibal, Donohudan, Kismoyo, dan Sindon,” kata Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Tri Mandiri Sejahtera, Samidi, dalam forum yang dihadiri sejumlah instansi terkait dan Kepala Satuan Kerja Tol Soker, Aidil Fiqri, di Kantor Desa Pandean, Kecamatan Ngemplak, pada Rabu siang, 13 Januari 2016.
Salah satu petani asal Desa Dibal, Sulaiman, mengatakan ratusan petani di Kecamatan Ngemplak mengandalkan irigasi dari Waduk Cengklik. Sejak Tol Soker mulai dibangun pada 2012 sampai sekarang, sekitar 13 kali musim tanam, kondisi sawahnya makin memprihatinkan. “Karena saluran irigasinya rusak, kami kadang tanam kadang tidak,” kata Sulaiman.
Mengekspresikan kekecewaan terhadap rusaknya saluran irigasi yang tidak kunjung diperbaiki, Jumat pekan lalu, warga Desa Dibal melepaskan 40 kilogram ikan lele di sepetak sawah yang terendam banjir sedalam sekitar satu meter.
Samidi berujar, pelaksana proyek Jalan Tol Soker berkali-kali menjanjikan perbaikan saluran irigasi bagi seratusan hektare sawah di Kecamatan Ngemplak yang terendam banjir saat musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. “Selain memperbaiki saluran irigasi, Satuan Kerja Tol Soker juga harus merealisasikan janji pembangunan fasilitas umum dan sosial bagi warga yang terdampak pembangunan tol,” kata Samidi.
Kepala Satuan Kerja Tol Soker, Aidil Fiqri, mengatakan pihaknya telah menginventarisasi saluran irigasi yang tertutup pembangunan jalan tol yang selama ini dikeluhkan petani. “Panjang kerusakan saluran irigasi di tiap desa itu berbeda-beda. Kami akan memperbaiki semuanya secara bertahap dalam tahun ini,” kata Aidil.
Ihwal permintaan warga agar dibuatkan underpass atau jalur penyeberangan di bawah jalan tol, Aidil berujar, hanya satu titik di perbatasan Desa Pandean – Donohudan yang tidak bisa direalisasikan. “Sebab, lokasi itu sudah terlanjur dibuat beton pemancang tol,” kata Aidil.
Kepala Kepolisian Sektor Ngemplak Ajun Komisaris Ahmat Nadiri juga meminta Satuan Kerja Tol Soker aktif menjalin koordinasi dengan kepolisian atau Musyawarah Pimpinan Kecamatan. “Warga selalu mengadu kepada kami tiap kali terjadi banjir. Bahkan, ada warga yang melapor ingin menjebol badan jalan tol untuk mengalirkan air yang terbendung,” kata Ahmat.
DINDA LEO LISTY