TEMPO.CO, Semarang - Maling yang diperkirakan memiliki llmu gaib meneror warga Jomblang Legok, Semarang, sejak minggu lalu. Maling itu disebut memiliki kemampuan menghilang meski sudah dikepung penduduk.
“Konon maling itu sulit ditangkap karena punya ilmu gaib,” kata Kepala Polsek Candisari Inspektur Satu Dhayita Daneswari saat ditemui di kantornya, Senin, 11 Januari 2016. Dhayita adalah Kapolsek termuda, baru berusia 23 tahun, yang sempat ramai diberitakan di media massa.
Dhayita tak percaya begitu saja mengenai dugaan maling yang sering meneror warga itu. Ia berjanji tetap menyelidiki dan membuktikan kasus tersebut. “Patut diwaspadai meski belum ada barang yang hilang dan kerusakan rumah,” ujar Dhayita.
Pihaknya mendapatkan laporan dari warga Jomblang Legok, Semarang, yang selama ini menjadi wilayah kerjanya pada Rabu 6 Januari 2016 lalu. Laporan itu menyebutkan ada rumah penduduk yang hendak didatangi maling. Namun maling itu sulit ditangkap meski sudah dikepung warga.
Kejadian di Jomblang Legok RT 02 RW 01 terjadi saat malam hari ketika seorang warga memergoki bayangan hitam mirip manusia yang berusaha masuk ke salah satu rumah penduduk. Sosok misterius itu langsung berusaha kabur ke arah rumah kosong lainnya.
Warga sekitar kemudian ikut masuk ke rumah. Ratusan orang pun ikut mengepung rumah yang kosong sejak 8 tahun lalu itu. Saat memasuki rumah itu, ternyata tidak ditemukan orang yang mereka kejar. "Warga berjumlah ratusan sudah mengepung, tapi maling itu tak muncul juga hingga pagi,” kata Rahardian, seorang warga Jomblang Legok.
Peristiwa itu semakin meresahkan masyarakat karena keesokan harinya sekitar pukul 18.00, peristiwa serupa kembali terjadi. “Warga mendengar suara mencurigakan dari belakang rumahnya, dan ia langsung menjerit minta tolong ketika melihat sekelebat orang yang berusaha kabur,” kata Rahardian menambahkan.
Menurut dia, saat itu ada warga yang melihat pelaku lari ke arah rumah kosong yang sama. Namun lagi-lagi maling tersebut lenyap. Ia menyebutkan di rumah kosong tersebut terdapat lubang-lubang di eternit dan jejak kaki di tembok. “Namun jejak kaki itu sudah bercampur dengan milik warga yang mengejarnya,” kata Rahadian.
EDI FAISOL