TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso menceritakan proses negosiasi dengan pimpinan kelompok bersenjata Nurdin bin Ismail alias Din Minimi, Jumat, 8 Januari 2016.
Sejak awal November 2015, Sutiyoso menghubungi Din secara intensif melalui sambungan telepon. "Sebelumnya dia tidak kenal Sutiyoso ini siapa. Awalnya kami berkomunikasi melalui Juha Chrishtensen dari Finlandia," kata dia saat ditemui Tempo di rumah dinasnya, Jakarta Pusat, Senin lalu.
Setelah dapat berhubungan langsung dengan Din melalui telepon, Sutiyoso memperkenalkan diri sebagai Kepala BIN yang mewakili pemerintah. Kepada Din, Sutiyoso berujar mempunyai akses langsung kepada Presiden Joko Widodo. Ia pun meyakinkan Din bahwa dia telah berkoordinasi dengan Jokowi, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly, serta pimpinan komisi hukum Dewan Perwakilan Rakyat untuk memberikan amnesti.
"Itu kan sudah kunci. Dia memang mengharapkan orang yang punya akses langsung kepada presiden," ujarnya. "Saya bilang, apa yang kamu tuntut sudah saya sampaikan ke presiden."
Din pun bercerita soal rasa ketidakpuasannya terhadap elite Gerakan Aceh Merdeka yang saat ini berkuasa di Nangroe Aceh Darussalam. Din menilai elite GAM tersebut berlaku tak adil kepada rakyat. "Hanya orang yang dekat dengan elite GAM yang mendapat prioritas," ujar Sutiyoso.
Din dan kelompoknya akhirnya menyerahkan diri pada 28 Desember 2016. Mereka menanggalkan senjatanya setelah bernegosiasi dengan mengajukan enam tuntutan kepada Sutiyoso. Salah satu tuntutannya yakni pemberian amnesti bagi Din dan kelompoknya.
DEWI SUCI RAHAYU