TEMPO.CO, Yogyakarta - Suhu politik di lingkungan Puro Pakualaman, Daerah Istimewa Yogyakarta, meningkat menjelang jumenengan atau naik tahtanya peguasa Puro Pakualaman, Paku Alam X, Kanjeng Bendoro Pangeran Hario Prabu Suryodilogi, Kamis 7 Januari 2016. Pasalnya, jumenengan ini ditentang oleh kubu saudara tiri Paku Alam IX, Kanjeng Pangeran Hario Anglingkusumo masih bersikukuh bahwa dirinya lah pewaris tahta yang sah sejak Pakualam VIII mangkat.
Pengerahan kekuatan dari kalangan masyarakat di luar Puro Pakualaman pun dilakukan untuk mengamankan jumenengan. Agung Nurharjanto, anggota Sekretariat Bersama Keistimewaan Yogyakarta, menuturkan untuk persiapan mengawal jumenengan Paku Alam X ini panitia merangkul kelompok masyarakat dari kabupaten-kota. "Apel sebelum jumenengan ada 400 orang terlibat, untuk menjaga kelancaran dari kirab sampai jumenengan nanti dilakukan," ujarnya, Ahad 3 Januari 2016.
Salah satu kelompok yang terlibat adalah Paguyuban Dukuh se Kabupaten Gunungkidul Janaloka. Kelompok ini menyatakan turut bersiaga empat hari ke depan menjelang jumenengan. "Jika sampai ada yang mencoba mengacaukan jumenengan Pakualam yang sah, kami juga tidak akan diam," kata Ketua Dewan Penasehat Paguyuban Dukuh Gunungkidul Sutiyono, Ahad 3 Januari 2016.
Menurut Sutiyono, paguyuban menerima Suryodilogo sebagai pengganti sah Paku Alam IX yang mangkat pada November 2015 lalu. "Sesuai paugeran kami hanya mengakui Kanjeng Suryodilogo sebagai raja baru Puro Pakualaman, tidak ada yang lainnya," kata Sutiyono.
Pengakuan atas paugeran ini pun, ujar Sutiyono, juga akan berlaku jika kelak Keraton Yogyakarta melakukan suksesi raja baru. "Selama dua lembaga penjaga adat keraton dan pakualaman menjunjung paugeran termasuk berbagai aturan di dalamnya, kami akan mengakui itu," ujar Kepala Desa Banyusoca Playen Gunungkidul ini.
Menjelang jumenengan Puro Pakualaman ini, paguyuban dukuh telah mengumpulkan perwakilan 144 desa untuk menjaga keamanan. "Tugas kami menjaga tidak ada jumenengan lain selain di Puro Pakualaman, itu bisa memicu adu domba warga," ujarnya. Sikap antisipatif itu dilakukan paguyuban karena menilai potensi konflik suksesi kekuasaan di Puro Pakualaman masih tinggi.
PRIBADI WICAKSONO