TEMPO.CO, Kediri – Menyambut datangnya pergantian tahun, ribuan santri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, memilih mengurung diri atau bertafakur ketimbang ikut hura-hura. Sebab, sebagian dari mereka tengah belajar keras menghadapi ujian akhir semester ganjil.
Mereka tekun membolak-balik buku dan kitab. Tak sedikit pula yang terlelap di beranda masjid dengan kitab masih di sampingnya. “Anak-anak ini tengah ujian,” kata KH Abdul Muid, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kamis, 31 Desember 2015.
Baca Juga:
Menurut Gus Muid—panggilan akrab Abdul Muid—tak ada tradisi perayaan tahun baru di kalangan pondok pesantren sejak dulu. Bagi umat Islam, perayaan tahun baru hanyalah 1 Muharram, bukan 1 Januari. Pada hari itu, umat Islam menyambutnya dengan berpuasa, bukan melalui perayaan dan trompet.
Karena itu, tak ada kehebohan sama sekali yang terjadi di lingkungan pondok pada malam tahun baru ini. Gus Muid, yang juga Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Kediri, menambahkan, para santri di pondoknya juga tidak terpengaruh oleh ramainya pemberitaan mengenai trompet tahun baru dari sampul Al-Quran.
Padahal di Blitar dan Nganjuk telah ditemukan ratusan trompet tersebut. “Kami sudah mempercayakan penanganannya kepada polisi,” katanya.
Berjarak kurang dari 1 kilometer dari pondok, Pemerintah Kota Kediri menggelar acara puncak peringatan pergantian tahun di kawasan Jalan Doho, alun-alun, dan bantaran Sungai Brantas. Diperkirakan ribuan orang akan berkumpul di titik-titik tersebut dengan berbagai pertunjukan dan pesta kembang api.
HARI TRI WASONO