TEMPO.CO, Bandung - Bank Sampah yang dikembangkan lembaga swadaya masyarakat Hijau Lestari kini dilengkapi dengan Aplikasi Bank Sampah (Abasa). Tujuannya agar pencatatan transaksi sampah dan administrasi nasabah berjalan rapi, serta berguna untuk beragam pembayaran. Misalnya, pembelian pulsa, utang piutang antarnasabah, pembayaran listrik atau telepon, hingga kredit barang.
Aplikasi yang dibuat PT Ussi tersebut sekarang baru dijajal pada sepuluh dari seratus unit Bank Sampah yang tersebar di Kota Bandung. Salah satunya unit Bank Sampah di RW 06 Sekeloa, yang telah mencatatkan transaksi nasabah yang menyetor sampah per dua minggu sekali. "Sekarang juga sudah bisa cek saldo rekening via SMS Banking," kata Sri Wahyuni, pengelola unit Bank Sampah tersebut, sambil menunjukkannya kepada Tempo, Selasa, 22 Desember 2015.
Setelah transaksi tercatat, pengelola memberikan resi setoran dan nominal uang yang diperoleh. Bukti setoran itu dicetak mesin kecil nirkabel yang tersambung ke laptop atau telepon seluler pintar lewat jaringan Bluetooth.
Tahap selanjutnya adalah penggunaan layanan VIP Mobile. "Saldo nasabah nanti bisa dipakai untuk bayar listrik, telepon, beli pulsa, bahkan jajan di warung yang juga nasabah Bank Sampah," ujar pendukung teknis aplikasi dari PT Ussi, Yuga Nugraha Fadilah, kepada Tempo di lokasi.
Rencana pengembangan bisnis selanjutnya, perusahaan tersebut akan mewadahi transaksi nasabah Bank Sampah yang kini berjumlah 2.026 orang dalam koperasi Baitul Mal Tanwil. "Prinsipnya syariah yang tanpa bunga," tuturnya. Khusus untuk pencatatan transaksi sampah, aplikasi juga sedang disiapkan agar bisa dipakai secara offline guna mengatasi kesulitan sambungan Internet.
Menurut Sri Wahyuni, kelompoknya yang beranggotakan 42 nasabah Bank Sampah biasanya baru mengambil simpanan setahun sekali menjelang Lebaran. Namun ada pula segelintir anggota yang mengambil kapan pun karena sedang butuh uang. Di kelompok itu, simpanan terbanyak per nasabah Bank Sampah berkisar Rp 300-400 ribu per tahun.
ANWAR SISWADI