TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pernah diperintahkan atasannya untuk menggagalkan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Upaya itu gagal karena Gus Dur tetap dipilih menjadi Ketua PBNU oleh para kiai.
"Perintahnya waktu itu, semua komandan korem harus menggagalkan itu (Gus Dur jadi Ketua PBNU)," katanya saat menghadiri acara haul keenam Gus Dur di kantor Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, Selasa, 22 Desember 2015.
Waktu itu, Luhut mengaku masih menjadi komandan korem di Komando Resor Militer 081/Dhirotsaha Jaya Madiun, Jawa Timur. Luhut sudah berusaha keras menjalankan perintah atasannya itu tapi gagal karena solidnya kiai-kiai NU yang dikumpulkannya.
Ulama yang dikumpulkan, kata Luhut, sulit dipengaruhi bahwa Gus Dur tidak benar. "Kata para ulama, Gus Dur memang nyeleneh, tapi apa yang diomongin dua tahun lagi baru kejadian."
Luhut juga bercerita bagaimana saat meminta bantuan Gus Dur mengajak warga negara Indonesia yang berada di Singapura pulang pasca-kerusuhan 1998. Ketika itu, Luhut menjadi Duta Besar Indonesia untuk Singapura.
Luhut lantas meminta Gus Dur berbicara dalam bahasa Indonesia. Tiba-tiba ada orang yang menyela dengan mengatakan sebaiknya Gus Dur menggunakan bahasa Inggris. "Gus Dur kemudian ngomong bahasa Inggris, saya bilang, ‘Wah, paten juga ini ulama ngomong bahasa Inggris’."
Luhut juga selalu ingat perkataan Gus Dur yang sempat melontarkan sinyalemen bahwa ia bakal menjadi presiden dalam waktu dekat. Ucapan itu dilontarkan Gus Dur di hadapan para pengusaha Indonesia. "Setelah itu (menjadi presiden), Pak Luhut ini akan saya panggil pulang ke Indonesia," ucap Luhut, menirukan ucapan Gus Dur ketika itu. Dalam Kabinet Persatuan Nasional, Luhut memang dipercaya menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
DIKO OKTARA