Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ben Anderson dan Kisah Cintanya pada Topeng Mangkunegaran

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Dua mahasiswa melihat jenazah Benedict Richard O'Gorman Anderson saat prosesi tutup peti di Yayasan Rumah duka Adi Jasa, Surabaya, Jawa Timur, 18 Desember 2015. Menurut rencana, abu jenazah akan ditaburkan di Laut Jawa, sesuai pesan Ben kepada teman-temannya. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Dua mahasiswa melihat jenazah Benedict Richard O'Gorman Anderson saat prosesi tutup peti di Yayasan Rumah duka Adi Jasa, Surabaya, Jawa Timur, 18 Desember 2015. Menurut rencana, abu jenazah akan ditaburkan di Laut Jawa, sesuai pesan Ben kepada teman-temannya. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Antropolog asal Belgia, Patrick Vanhoebrouck, mengisahkan kedekatannya dengan Ben Anderson. Ketertarikan terhadap topeng klasik membuat mereka bersahabat. Ben dikenal punya minat kuat ihwal kesenian tradisional. Di antaranya wayang,  topeng, filsafat di balik kesenian wayang, dan kekuatan rasa.

Patrick, 43 tahun adalah alumnus University of Illinois di Chicago, Amerika Serikat. Ia juga mengambil studi Antropologi Budaya bergelar master di Leiden, Belanda. Patrick tertarik mendalami spiritualitas dan kejawen. Dia berada di Yogyakarta selama 13 tahun. Patrick bertemu Ben pertama kali tahun 2001 untuk proyek riset tentang topeng.

Ben Anderson adalah profesor dari Universitas Cornell, Amerika Serikat yang ikut mewarnai pemikiran dunia tentang Indonesia. Ben Anderson wafat di Batu, Jawa Timur, Minggu dinihari, 13 Desember 2015. Ben dikenal karena kritik-kritiknya terhadap Orde Baru. Ia pernah dilarang masuk ke Indonesia oleh Soeharto dan baru datang lagi ke sini setelah rezim Soeharto jatuh. Ben, 79 tahun, datang ke Indonesia untuk mengisi kuliah umum bertema anarkisme dan nasionalisme di kampus Universitas Indonesia, Depok, Kamis, 10 Desember 2015.

Ben waktu itu meminta Patrick yang waktu itu mengambil studi di Chicago untuk berkunjung ke rumah Ben. Kediaman Ben tak jauh dari Cornell University. Untuk menuju rumah Ben dari Cornell hanya butuh 15 menit, menggunakan mobil. Patrick datang dan menginap selama dua malam di rumah Ben, yang berada di pelosok Ithaca. Di sekitarnya ada danau dan kebun jagung. Ben punya halaman dengan rumput yang sengaja tidak dipotong. Di belakang rumah Ben terdapat hutan. "Sepi banget dan banyak hutan di sekitar rumah Ben," kata Patrick di Yogyakarta, Kamis 17 Desember 2015.

Rumah Ben hanya punya satu lantai dan jauh dari kesab mewah. Ben menyimpan satu topeng Cirebon koleksinya di rumah. Kertas-kertas, dokumen, dan buku-buku berserakan di dalam rumahnya. Situasi dalam rumah itu tak terlalu rapi. Tapi, bersih. Patrick nyaman dan santai di sana. Ben berteman orang Indonesia yang membantunya memasak. Kepada Patrick, Ben banyak cerita ihwal topeng klasik peninggalan Mangkunegaran.

Ben mengisahkan dia ke Solo tahun 1963 ketika ia melakukan riset untuk disertasinya di Indonesia. Pada tahun itu, Ben memotret topeng klasik yang pernah ditulis Belanda. Topeng-topeng itu dikeluarkan satu per satu dari delapan almari. Ben dibantu juru kunci Keraton Mangkunegaran. Ben lalu menyusun kodifikasi untuk setiap topeng. Dia juga membuat catatan dari cerita juru kunci ihwal topeng itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Foto-foto Ben dan semua catatan tentang topeng itu disimpan di museum sejarah dan antropologi milik Universitas Cornell. Ben memberi izin Patrick untuk membawa semua dokumentasi topeng untuk riset. Tapi, patrick memutuskan untuk men-scan saja foto-foto Ben. Patrick kemudian datang ke Cornell dan men-scan foto-foto koleksi Ben. Semua foto Ben yang ia scan dibuat dalam bentuk digital. Sekitar tahun 2013, Ben melalui Edu, asistennya menghubungi Patrick lewat pesan surat elektronik. Ben meminta Patrick untuk memberikan foto-foto digital tentang topeng yang sudah Patrick buat ke Cornell. Universitas itu punya gawe untuk proyek open source library khusus tentang hasil penelitian Ben Anderson.


Kepada Patrick, Ben bercerita tahun 1967 datang ke Solo. Ben ingin melihat lagi topeng-topeng klasik itu. Dia kaget saat berada di Solo. Topeng-topeng kuno itu tak ada di almari. Ben juga kesulitan mencari informasi tentang topeng karena juru kunci keraton sudah diganti. Ben lalu jalan-jalan ke pasar Klewer, Solo. Di pinggiran pasar itu, Ben menemukan topeng yang masih ada simbol Mangkunegaran. Ben lalu membelinya. "Dia bilang harganya murah. Ben prihatin karena topeng klasik Mangkunegaran semakin punah," kata Patrick.

Ben dan Patrick terus menjalin persahabatan. Januari 2015, Ben dan Patrick berkomunikasi melalui surat elektronik. Ben bilang kepada Patrick bahwa dia akan berkunjung ke Jawa setelah singgah di Filipina. Ben berkata menyiapkan satu hari di Yogyakarta. Kepada Patrick, Ben menyatakan tak banyak tahu tentang Yogyakarta. Ben selama ini lebih banyak menghabiskan waktunya mengunjungi Wonogiri, Solo, dan Pacitan. Di Yogyakarta, Ben menginap di hotel Jalan Dagen, dekat Malioboro. Selepas dari Joglo Bebana, Ben mampir ke Gereja Ganjuran di Bantul.

Majalah Tempo terbitan Senin 21 Desember 2015 ini mengulas Ben Anderson  dan pentingnya bagi Indonesia.

SHINTA MAHARANI

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

16 hari lalu

Logo perguruan pencak silat Merpati Putih. wikipedia
Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.


Malam Selikuran di Solo, Tradisi Unik Keraton Surakarta Sambut Malam Lailatul Qadar

23 hari lalu

Abdi dalem dan kerabat Keraton Surakarta Hadiningrat mengikuti Kirab Malam Selikuran untuk menyambut Lailatul Qadar, di Solo, Jawa Tengah, Sabtu malam, 25 Mei 2019. ANTARA/Mohammad Ayudha
Malam Selikuran di Solo, Tradisi Unik Keraton Surakarta Sambut Malam Lailatul Qadar

Malam Selikuran di Solo diadakan setiap malam ke-21 Ramadan oleh Keraton Surakarta menyambut malam lailatul qadar. Begini prosesinya.


Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

38 hari lalu

Prajurit Bregada berjaga saat Nyepi di Candi Prambanan Yogyakarta Senin, 11 Maret 2023. Tempo/Pribadi Wicaksono
Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.


Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

14 Februari 2024

Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat deklarasi damai Pemilu 2024 di Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

Sultan HB X seusai mencoblos hari ini memberikan pesan agar usai Pemilu, semua permasalahan, perbedaan antarcapres selesai.


Peringatan Kenaikan Tahta ke-20 Raja Keraton Surakarta, Digelar Sederhana Tapi Tetap Khidmat

6 Februari 2024

Raja Keraton Surakarta Paku Buwono (PB) XIII (duduk di kursi roda) menghadiri rangkaian acara Tingalandalem Jumenengan ke-20 atau peringatan kenaikan tahta Raja Keraton Surakarta, Selasa, 6 Februari 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Peringatan Kenaikan Tahta ke-20 Raja Keraton Surakarta, Digelar Sederhana Tapi Tetap Khidmat

Acara kenaikan tahta Raja Keraton Surakarta dihadiri 300 undangan termasuk pimpinan trah Mataram Islam


Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

9 Januari 2024

Ruang pertemuan di bangunan utama Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana
Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

Melalui hasil rapat panitia khusus disepakati ulang tahun Cirebon jatuh pada 1 Muharram 849 Hijriah


Gibran Akui Punya PR 2 Proyek Belum Tuntas di Pengujung 2023

20 Desember 2023

Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka usai santap siang di gerai bakso milik Bara Ilham Bakti Perkasa atau lebih dikenal Tanboy Kun di Jalan Komjen M. Yasin atau Akses UI Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Senin, 11 Desember 2023. TEMPO/Ricky Juliansyah
Gibran Akui Punya PR 2 Proyek Belum Tuntas di Pengujung 2023

Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka mengakui mendekati pengujung tahun 2023 ini masih memiliki pekerjaan rumah (PR) yang belum terselesaikan.


7 Destinasi Wisata di Solo untuk Liburan Akhir Tahun

4 Desember 2023

Ketua DPR RI, Puan Maharani berkunjung ke Solo Safari didampingi Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka dan putrinya, Pinka Hapsari (duduk di sebelah Puan), Ahad, 28 Mei 2023. TEMPO/Septhia Ryanthie
7 Destinasi Wisata di Solo untuk Liburan Akhir Tahun

Liburan akhir tahun semakin dekat, berikut 7 destinasi wisata di Solo yang menarik dikunjungi.


3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

2 November 2023

Ruang pertemuan di bangunan utama Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana
3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

Cirebon punya berbagai destinasi wisata sejarah yang patut dikunjungi, di antaranya 3 Keraton, yakni Keraton Kasepuhan Cirebon, Kanoman, Kacirebonan.


Transformasi Digital, Keraton Surakarta Luncurkan Website Resmi Museum

27 September 2023

Suasana Keraton Surakarta, Rabu, 27 September 2023. (TEMPO/Septhia Ryanthie)
Transformasi Digital, Keraton Surakarta Luncurkan Website Resmi Museum

Website Museum Keraton Surakarta menyediakan akses informasi beragam pengetahuan dan budaya yang mudah diakses masyarakat.