TEMPO.CO, Sleman - Kapten Penerbang Dwi Cahyadi, back seater pesawat T50i Golden Eagle, sebelumnya mempunyai rencana untuk melanjutkan sekolah di Jerman. Namun rencana itu kandas setelah pesawat yang dia kemudikan bersama Kapten Pilot Letnan Kolonel Penerbang Marda Sarjono jatuh saat melakukan solo aerobatik dalam perayaan Gebyar Dirgantara Yogyakarta 2015 pada Ahad kemarin.
"Rencananya akan sekolah di Jerman, tapi pesawatnya seperti itu," kata Bonirah, ibu Kapten Dwi, Senin, 21 Desember 2015.
Bonariah tidak menjelaskan lebih lanjut soal rencana sekolah anaknya itu. Adapun kakak Dwi, Brigadir Kepala Eddy Cahyono, mengatakan adiknya merupakan sosok kebanggaan keluarga. "Keluarga sangat kehilangan. Dia adalah kebanggaan keluarga," ujarnya.
Jenazah Kapten Dwi akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Yogyakarta. Saat ini, rumah duka di Jalan Kepuhsari, Paingan, Depok, Sleman, sudah dipenuhi karangan bunga. Lantunan ayat-ayat Al-Quran bergema saat para pelayat datang. Sebagian ada yang melakukan salat jenazah di ruang jasad bapak dua anak itu disemayamkan.
Dwi meninggalkan seorang istri bernama Dwi Wanito Ambarsari dan dua anak yang masih balita. Dwi Cahyadi merupakan penerbang yang sangat disiplin dan berprestasi. Ia terakhir bertugas di Iswahyudi, Madiun.
Bahkan, sehari sebelumnya, ia baru bereuni dengan teman-teman seangkatan di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta. Reuni itu dilaksanakan setelah sepuluh tahun berpisah dari teman-temannya karena tugas di daerah berbeda.
MUH SYAIFULLAH