TEMPO.CO, Jakarta - Johan Budi Sapto Pribowo tak terpilih sebagai pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi periode 2015-2019. Bukannya kecewa, mantan juru bicara KPK ini malah mengucap syukur.
"Saya alhamdulillah tidak terpilih. Ini sepertinya doa istri saya terkabul," kata Johan saat dihubungi pada Kamis malam, 17 Desember 2015.
Johan pun menjelaskan, beberapa waktu lalu istrinya menyatakan keberatan jika Johan menjabat sebagai pemimpin KPK. Namun dia tak menjelaskan apa alasan sang istri.
Ketika mengikuti seleksi, Johan adalah pelaksana tugas Wakil Ketua KPK. Jabatan itu disandang setelah Abraham Samad dan Bambang Widjojanto dinonaktifkan sebagai Ketua dan Wakil Ketua KPK karena menjadi tersangka di Mabes Polri. Ketika kisruh KPK vs Polri itu terjadi, Johan menjabat Deputi Pencegahan KPK. Jabatan deputi lepas setelah dia menjadi pelaksana tugas Wakil Ketua KPK.
Johan menyatakan mendukung penuh lima pemimpin KPK terpilih. Dia berharap, pemimpin KPK Jilid IV ini bisa menjaga marwah komisi antirasuah itu. "Sistem di KPK sudah jalan, tinggal melanjutkan, memang perlu ada perbaikan sana-sini. Saya yakin mereka on the track," ujarnya.
Johan masih berkantor di KPK sampai Presiden Joko Widodo melantik lima pemimpin KPK terpilih. "Pekerjaan masih numpuk," kata Johan. Dua pelaksana tugas lainnya adalah Taufiqurrahman Ruki dan Indrianto Senoadji.
Pada Kamis malam, 17 Desember 2015, Komisi Hukum DPR memilih lima pemimpin KPK definitif melalui mekanisme voting. Lima orang yang terpilih itu ialah Staf Ahli Kepala Polri, Inspektur Jenderal Basaria Panjaitan; mantan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Agus Rahardjo; hakim ad hoc Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Alexander Marwatta; Staf Ahli Badan Intelijen Negara, Saut Situmorang; dan Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Laode Muhammad Syarif.
LINDA TRIANITA