TEMPO.CO, Bojonegoro - Limbah lantung (sisa minyak mentah yang disuling untuk menghasilkan solar dan minyak tanah) diduga mencemari Sungai Bengawan Solo yang mengakibatkan kematian ribuan ekor ikan di sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.
Limbah lantung itu diduga berasal dari penambangan minyak tradisional di beberapa desa di Kecamatan Kedewan, seperti Desa Wonocolo, Beji, dan Hargomulyo. Di kawasan itu terdapat sekitar 200 sumur minyak tradisional.
Lantung kerap mengalir ke anak Sungai Bengawan Solo di Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, Bojonegoro. Limbah itu kemudian masuk ke Sungai Bengawan Solo.
Pada Kamis, 10 Desember 2015, ribuan ekor ikan ditemukan mengapung di permukaan Sungai Bengawan Solo. Kasus serupa terjadi lagi pada 14-16 Desember 2015.
Salah seorang warga Ledok Kulon, Sutik, menjelaskan, anak lelakinya, Putra, 18 tahun, membawa pulang ikan tawes dalam satu tas plastik seberat sekitar 1 kologram. Ikan itu terapung di Sungai Bengawan Solo. “Saat hendak dibersihkan, ikan itu berbau minyak, mirip lantung,” katanya, Rabu, 16 Desember 2015.
Menurut Sutik, warga Bojonegoro, Tuban, dan sekitarnya sudah biasa mengkonsumsi ikan yang ditangkap di sepanjang Sungai Bengawan Solo. Di antaranya jendil (sebutan warga untuk ikan patin), rengkik, tawes, nila, lele, serta areng-areng.
Namun, beberapa hari terakhir, ikan-ikan itu terapung di permukaan sungai. Selain berbau minyak, warna ikan tersebut berubah menjadi cokelat kehitaman.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bojonegoro Elsadeba Agustina menjelaskan, pihaknya akan mengambil sampel air Sungai Bengawan Solo untuk yang kedua kalinya. Terutama di sejumlah lokasi, seperti di Kecamatan Kasiman, yang berkaitan dengan dugaan pencemaran limbah lantung.
“Selanjutnya akan dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui kualitas airnya,” ujarnya.
Sebelumnya sudah dilakukan pengambilan sampel air Sungai Bengawan Solo di Desa Dengkok, Kecamatan Padangan, sekitar 33 kilometer arah barat Kota Bojonegoro. Namun belum ditemukan adanya pencemaran.
Pengambilan ulang sampel air dilakukan karena kawasan Desa Dongkok masih jauh dari lokasi mengalirnya minyak lantung. Selain dugaan limbah minyak lantung, tidak tertutup kemungkinan tercemarnya air Sungai Bengawan Solo akibat pembuangan limbah pabrik di kawasan hulu sungai.
SUJATMIKO